Cara Penularan TBC Penyakit TBC ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui saluran napas dengan menghisap atau menelan tetes-tetes ludah/dahak (droplet infection) yang mengandung basil dan dibatukkan oleh penderita TBC terbuka. Atau juga karena adanya kontak antara tetes ludah/dahak tersebut dan luka di kulit. Dalam tetes-tetes ini kuman dapat hidup beberapa jam dalam udara panas lembab, dalam nanah bahkan beberapa hari. Untuk membatasi penyebaran perlu sekali di -screen semua anggota keluarga dekat yang erat hubungannya dengan penderita. Dengan demikian penderita baru dapat dideteksi pada waktu yang dini.
Cara Penularan TBC
Penyakit TBC
Ada banyak kesalahfahaman mengenai daya Cara Penularan TBC. Umumnya ada anggapan bahwa tuberkulosis bersifat sangat menular, tetapi pada hakikatnya bahaya infeksi relatif tidak begitu besar dan dapat disamakan dengan penularan pada penyakit infeksi saluran pernapasan lainnya, seperti selesma dan influenza. Akan tetapi bahaya semakin meningkat, karena sering kali seseorang tidak diketahui sudah menderita TBC (terbuka) dan telah menularkannya pada orang-orang di sekitarnya sebelum penyakitnya terdeteksi.
Pencegahan Cara Penularan TBC
Cara Penularan TBC perlu diwaspadai dengan mengambil tindakan-tindakan pencegahan selayaknya untuk menghindarkan infeksi tetes dari penderita ke orang lain. Salah satu cara adalah batuk dan bersin sambil menutup mulut/hidung dengan sapu tangan atau kertas tissue untuk kemudian didesinfeksi dengan lysol atau dibakar. Bila penderita berbicara, jangan terlampau dekat dengan lawan bicaranya. Ventilasi yang baik dari ruangan juga memperkecil bahaya penularan.
Anak-anak dibawah usia satu tahun dari keluarga yang menderita TBC perlu divaksinasi BCG sebagai pencegahan, bersamaan dengan pemberian isoniazid 5-10 mg/kg selama 6 bulan (kemoprofilaksis).
1. Reaksi Mantoux (Reaksi Tuberkulin)
Dilakukan untuk menentukan belum atau sudahnya seseorang terinfeksi basil TBC. Reaksi ini dilakukan dengan penyuntikan intradermal dari tuberkulin, suatu filtrat dari pembiakan basil yang mengandung produk pemisahannya (protein) yang khas.
a. Reaksi Positif
Tampak sebagai kemerah-merahan setempat dan menunjukkan terdapatnya antibodies terhadap basil Tuberkulosis di dalam darah. Hal ini berarti bahwa yang bersangkutan pernah mengalami infeksi primer atau telah divaksinasi dengan BCG. Antibodi tersebut telah menjadikannya kebal terhadap infeksi baru. Orang dengan reaksi tuberkulin positif harus diperiksa lebih lanjut sputum dan paru-parunya dengan sinar Rontgen.
b. Reaksi Negatif
Berarti bahwa orang yang bersangkutan belum pernah mengalami infeksi primer. Ia lebih mudah terserang TBC daripada orang dengan reaksi positif.
2. Vaksin BCG
Daya tangkis orang dengan reaksi tuberkulin negatif dapat diperkuat melalui vaksinasi dengan vaksin BCG. Vaksin ini mengandung basil TBC sapi yang telah dihilangkan keganasannya (virulensi) setelah dibiakkan di laboratorium selama bertahun-tahun. Vaksinasi meninggalkan tanda bekas luka yang nyata, biasanya dilengan bawah dan memberikan kekebalan selama 3-6 tahun terhadap infeksi primer dan efektif untuk rata-rata 70%. Vaksin BCG terutama efektif untuk menghindari TBC miliar dan TBC meningitis. Bayi di daerah dengan insidensi TBC besar seringkali diimunisasi dengan BCG secara rutin.
Efektivitas vaksin BCG adalah kontroversial, walaupun sudah digunakan lebih dari 50 tahun di seluruh dunia. Hasilnya sangat bervariasi, beberapa penelitian baru telah memperlihatkan perlindungan terhadap lepra, tetapi sama sekali tidak terhadap tuberkulosis. Vaksin BCG diberikan intradermal 0,1 ml bagi anak-anak dan orang dewasa, 0,05 untuk bayi.
3. Kemoprofilaksis
Terutama dilakukan dengan isoniazida. Anak-anak di bawah usia 4 tahun dari keluarga penderita tuberkulosis dan orang-orang dengan resiko besar untuk dihinggapi infeksi dapat diberikan secara kontinu selama 6 bulan isoniazida sebagai profilaksis. Bila terdapat intoleransi dapat diganti dengan rifampisin, maksimal 6 bulan. Di samping itu, dilakukan pula imunisasi dengan BCG. Untuk profilaksis terhadap infeksi M. avium dianjurkan monoterapi dengan antibiotikum makrolida azitromisin (1 kali seminggu 1.200 mg).
Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan yang dilakukan petugas kesehatan pada penderita penyakit Tuberkulosis adalah :
Penderita dengan dahak yang masih banyak dan mengandung kuman maka sebaiknya melakukan pengobatan dirumah sakit atau puskesmas terdekat.
Selain itu petugas bisa memberikan suatu pengobatan dalam jangka pendek dirumah untuk penderita dengan darurat atau disebabkan karena jarak tempat tinggal dari penderita dengan puskesmas kumayan jauh jadi tidak bisa melakukan pengobatan dengan minum obat tbc secara teratur.
Laporan mengenai adanya suatu gejala tbc yang samping yang terjadi, jika perlu penderita sebaiknya bisa dibawa ke puskesmas.
Salah satu bentuk pencegahan penyakit tubrkulosis adalah dengan melakukan penyuluhan mengenai penyakit tuberkulosis.
Petugaas baik di masa persiapan atau juga dalam waktu yang selanjutnya secara berkala harus memberikan suatu penyulihan pada masyarakat secara luas lewat tatap muka, lewat ceramah dan juga media massa yang tersedia pada wilayahnya, dan juga memberikan suatu penyuluhan mengenai pencegahan pada penyakit Tb paru.
Memberikan penyuluhan pada penderita dan keluarga disaat kunjungan rumah dan juga memberikan saran untuk bisa mendapatkan suasana rumah sehat.
Memberikan penyuluhan secara perorangan dengan khusus untuk penderita agar melakukan pengobatan secara teratur dan mencegah penyebaran penyakit pada orang lain.
Melakukan perubahan pola hidup masyarakat dan juga perbaikan tentang lingkingan demi untuk mencapai masyarakat yang sehat.
Sebaiknya menganjurkan masyarakat untuk melapor jika pada beberapa warganya mengalami gejala penyakit tbc.
Menghilangkan rasa malu pada penderita TBC, karena penyakit TBC bukanlah suatu penyakit yang memalukan.
Cara Penularan TBC
===================================== >>> Obat TBC - Minyak Sari Buah Merah
Mengobati Penyakit TBC, Gejala TBC dan Membantu Memperkuat Sistem Imun Tubuh Dari Serangan Penyakit, Klik Detail Disini! =====================================
Prosedur inibertujuan sebagai acuan pelayanan pelanggan dengan TB Paru di Ruang PemeriksaanUmum di UPTD PuskesmasNgasem.
Tindakan mulai dari anamnesa danpemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, penegakan diagnosa sampai denganpemberian terapi pada pelanggan TB paru
3.KRITERIA PENCAPAIAN
Semuapelanggan yang dicurigai TB paru di UPTD Puskesmas Ngasem tertangani 100%sesuai dengan prosedur Penanganan TB Paru
TB Paru adalahsuatu penyakit yang menyerang organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri yangbernama Mycrobacterium tuberculosa.
5.1.Bakteri adalah kelompok organisme yangtidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domainprokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besardalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agenpenyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikanmanfaat
5.2.Paru-paru adalah organ pada sistempernapasan (respirasi) dan berhubungan dengan sistem peredaran darah(sirkulasi) vertebrata yang bernapas dengan udara. Fungsinya adalah menukaroksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah
5.3.Mycobacterium tuberculosa adalahbakteri penyebab penyakit tuberkulosa.
Petugas melakukan Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Apabila pada anamnesa pelanggan mengatakan sudah menderita batuk lebih dari 2 minggu, maka segera sarankan pelanggan untuk melakukan pemeriksaan Laboratorium tes BTA
Petugas memberikan rujukan internal kelaboratorium
Apabila hasil tes BTA menunjukkan hasil positif,positif 2 atau positif 3, maka berikan pengobatan sesuai Kategori I
Apabila hasil BTA positif pada pelanggan kambuh atau gagal atau putus berobat, diobati kategori II.
Apabila hasil tes BTA menunjukkan negative namun ada curiga TB beri antibiotik spectrum luas. Bila ada perbaikan bukan TB. Bila tidak ada perbaikan foto thorax
9.1. Buku Pedoman Nasional PenanggulanganTuberkulosis Tahun 2008.
9.2Standard Puskesmas, Bidang Bina Pelayanan Kesehatan,Dinkes Provinsi JATIM, 2013
9.3ISO 9001:2008 klausul 7.5.1 tentang pengendalianproduksi dan penyediaan jasa
10.1. Formulir Rujukan Internal Laboratorium.
10.2. Formulir RujukanEksternal ( RS, Laboratorium luar Puskesmas, TBO9 ).
Penyebab TBC Penyakit TBC adalah penyakit menular yang ditandai dengan gejala batuk tidak sembuh-sembuh yang disebabkan oleh bakteri. Selain menyerang paru-paru, penyakit TBC juga dapat menyerang organ tubuh yang lain. TBC disebut juga TBC ekstra paru.
Penyebab TBC
Penyebab TBC
Penyakit TBC disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
Gejala dan Tanda-Tanda TBC
Batuk tidak sembuh-sembuh lebih dari 2-3 minggu
Demam
Berat badan turun
Keluar keringat dingin waktu malam hari
Terkadang batuk bercampur darah
Cara Penularan Penyakit TBC
Penyebab TBC dapat ditularkan melalui :
Batuk atau bersinnya penderita TBC. Kuman akan tersebar melalui udara dalam bentuk percikan ludah (droplet infection)
Seseorang akan tertular penyakit TBC ketika menghirup udara yang mengandung kuman tersebut ketika bernafas, apalagi jika orang tersebut belum mendapatkan vaksinasi BCG.
Cara Mencegah Penyebab TBC
Penyakit TBC dapat dicegah dengan melakukan hal-hal seperti dibawah ini :
Melakukan imunisasi BCG sebanyak 1 kali ketika bayi berumur 2 bulan
Perhatikan kebersihan rumah
Jangan dibiasakan meludah di sembarang tempat
Segera periksa ke Puskesmas jika ditemukan tanda-tanda TBC
Komplikasi TBC
Penyakit TBC dapat mengakibatkan komplikasi dan fatal bila dibiarkan tanpa diobati. Pengobatan dilakukan dengan OAT atau Obat Anti Tuberkulosis. Bila terbukti menderita TBC, penderita harus menjalani pengobatan dengan teratur. Pengobatan yang tidak teratur atau tidak sampai selesai dapat menimbulkan terjadinya resistensi/kekebalan terhadap kuman TBC. Bila sampai terjadi resistensi kuman TBC, maka akan lebih sulit lagi pengobatan yang harus diberikan.
Diagnosis yang dilakukan pada penyakit TBC aktif biasanya agak sulit. Diagnosis yang dilakukan adalah tes kulit yang biasanya dikenal dengan PPD. Hasil dari tes kulit ini biasanya tergantung dari suatu tanggapan pada sistem kekebalan tubuh dan sering kali tidak berhasil jika jumlah dari CD4 di dalam tubuh jumlahnya berada di 200. Dan lagi pula, karena pada kebanyakan masyarakat Indonesia pernah mengalami infeksi TBC, tes ini jadi jarang digunakan. Oleh karena itulah, diagnosis dari penyakit TBC pada orang dewasa biasanya dilakukan lewat pemeriksaan dahak dengan menggunakan mikroskop untuk membantu menentukan ada atau tidaknya bakteri tuberkulosis yang bentuknya seperti batang yang khas dan dikenal sebagai batang tahan asam atau BTA.
Jika dokter ingin melakukan pemeriksaan ini, maka biasanya kita diminta untuk menyediakan 3 contoh dahak : contoh pertama di ambil saat Anda melakukan pemeriksaan ke dokter, satu lagi diambil dirumah kita sendiri di pagi esok hari, dan yang ketiga diambil di rumah sakit lagi. Dari ketiga jenis contoh dahak ini biasanya akan diperiksa dengan menggunakan mikroskop. Jika bakteri TBC ini dilihat, maka hasilnya disebut sebagai BTA atau batang tahan asam positif. Tes ini hanya akan berlaku untuk penderita penyakit TBC paru.
Jika hasil dari BTA negatif, maka dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan X-Ray atau foto thorax. Dan cara lain untuk meyakini bahwa dahak tersebut mengandung TBC bakteri maka bisa dibiakkan di dalam lab. Namun, tindakan ini biasanya akan membutuhkan waktu yang agak lama selama beberapam minggu dan hasilnya juga seringkali negatif atau palsu. Hasilnya negatidf walaupun penderita sebenarnya sudah terinfeksi penyakit TBC.
Jika Anda sudah terlanjur mengalami serangan penyakit TBC, maka cara yang bisa dilakukan adalah mengobati penyakit TBC dengan mengonsumsi jenis ramuan dibawah ini :
Kulit manggis Efek dari anti bakteri yang dihasilkan kulit manggis akan membantu utuk menghambat dan juga membunuh perkembangan dari mikroorganisme misalnya adalah bakteri penyebab penyakit TBC seperti Mycobacterium tuberkulosis. Ekstrak kulit manggis sudah lama dipercaya bisa membantu mengobati penyakit TBC. Selain mengobati penyakit TBC, Kulit manggis juga membantu mengatasi berbagai penyakit dibawah ini seperti penyakit nyeri sendi, penyakit asma, penyakit alzheimer, alergi, jerawata, eksim dan jenis penyakit lainnya. Kandungan anti jamur dari kulit manggis ini merupakan hasil dari isolasi xanthone yang asalnya adalah dari kulit buah manggis dan juga dari beberapa derivate mangostin pada jamur Fusarium oxysporum.
Daun sirsak Daun sirsak merupakan salah satu tanaman herbal alami yang berkhasiat untuk mengobati penyakit TBC. Salaha satu manfaat dari daun sirsak dengan mengolah daun nya untuk membantu mengobati penyakit TBC dan selain itu juga kemampuan dari daun sirsak untuk membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Biasanya sistem kekebalan tubuh orang yang menderita penyakit TBC agak rendah, dan tubuhnya akan lemah serta menjadi lebih rentan untuk terkena penyakit yang lainnya. Dan disinilah manfaat dari daun sirsak melakukan perannya dengan cara menguatkan sistem kekebalan tubuh untuk penderita penyakit TBC agar tidak mudah terserang berbagai jenis penyakit yang lain sehingga membantu membuat proses penyembuhan bisa menjadi lebih cepat.
Menerapkan standar hidup yang lebih baik lagi. Dengan cara menjaga pola makan yang teratur dan juga mengonsumsi jenis makanan yang mengandung gizi dan nutrisi yang baik, serta selalu menjaga kebersihan di lingkungan sekitar agar tetap dalam keadaan sehat dan bisa terbebas dari berbagai serangan virus serta melakukan olahraga dengan teratur.
Itulah informasi mengenai penyakit TBC dan juga penyebab TBC, semoga informasi ini berguna dan bermanfaat untuk Anda semuanya.
Penyebab TBC
===================================== >>> Obat TBC - Minyak Sari Buah Merah
Mengobati Penyakit TBC, Gejala TBC dan Membantu Memperkuat Sistem Imun Tubuh Dari Serangan Penyakit, Klik Detail Disini! =====================================
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ini adalah versi stabil, diperiksa pada tanggal 16 Maret 2015.Ada 5 perubahan tertunda menunggu peninjauan.
Akurasi
Terperiksa
Lompat ke:navigasi, cari
Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. Informasi dalam artikel ini boleh digunakan hanya untuk penjelasan ilmiah, bukan untuk diagnosis diri dan tidak dapat menggantikan diagnosis medis. Perhatian: Informasi dalam artikel ini bukanlah resep atau nasihat medis. Wikipedia bukan pengganti dokter. Jika Anda perlu bantuan atau hendak berobat berkonsultasilah dengan tenaga kesehatan profesional.
Tuberkulosis
Hasil Sinar-X dada seorang penderita Tuberkulosis tingkat lanjut. Panah putih menunjukkan adanya infeksi pada kedua belah paru-paru. Panah hitam menunjukkan adanya lubang yang sudah terbentuk.
Klasifikasi dan rujukan luar
Bidang
Q788926[*]
ICD-10
A15.A19.
ICD-9-CM
010018
OMIM
607948
DiseasesDB
8515
MedlinePlus
000077 000624
eMedicine
med/2324 emerg/618 radio/411
Patient UK
Tuberkulosis
MeSH
D014376
[sunting di Wikidata]
Tuberkulosis (Tuberculosis, disingkat Tbc), atau Tb (singkatan dari "Tubercle bacillus") merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteria, umumnya Mycobacterium tuberculosis (disingkat "MTb" atau "MTbc").[1] Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, namun juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara.[2] Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatikdan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak diobati maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal.
Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun. (dahulu TB disebut penyakit "konsumsi" karena orang-orang yang terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan.) Infeksi pada organ lain menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnosis TB aktif bergantung pada hasil radiologi (biasanya melalui sinar-X dada) serta pemeriksaan mikroskopis dan pembuatan kultur mikrobiologis cairan tubuh. Sementara itu, diagnosis TB laten bergantung pada tes tuberkulin kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah. Pengobatan sulit dilakukan dan memerlukan pemberian banyak macam antibiotik dalam jangka waktu lama. Orang-orang yang melakukan kontak juga harus menjalani tes penapisan dan diobati bila perlu. Resistensi antibiotik merupakan masalah yang bertambah besar pada infeksi tuberkulosis resisten multi-obat (TB MDR). Untuk mencegah TB, semua orang harus menjalani tes penapisan penyakit tersebut dan mendapatkan vaksinasi basil CalmetteGuérin.
Para ahli percaya bahwa sepertiga populasi dunia telah terinfeksi oleh M. tuberculosis,[3] dan infeksi baru terjadi dengan kecepatan satu orang per satu detik.[3] Pada tahun 2007, diperkirakan ada 13,7 juta kasus kronis yang aktif di tingkat global.[4] Pada tahun 2010, diperkirakan terjadi pertambahan kasus baru sebanyak 8.8 juta kasus, dan 1,5 juta kematian yang mayoritas terjadi di negara berkembang.[5] Angka mutlak kasus Tuberkulosis mulai menurun semenjak tahun 2006, sementara kasus baru mulai menurun sejak tahun 2002.[5] Tuberkulosis tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. Dari populasi di berbagai negara di Asia dan Afrika yang melakukan tes tuberkulin, 80%-nya menunjukkan hasil positif, sementara di Amerika Serikat, hanya 510% saja yang menunjukkan hasil positif.[1] Masyarakat di dunia berkembang semakin banyak yang menderita Tuberkulosis karena kekebalan tubuh mereka yang lemah. Biasanya, mereka mengidap Tuberkulosis akibat terinfeksi virus HIV dan berkembang menjadi AIDS.[6] Pada tahun 1990-an Indonesia berada pada peringkat-3 dunia penderita TB, tetapi keadaan telah membaik dan pada tahun 2013 menjadi peringkat-5 dunia.
Tanda-tanda dan gejala
Gejala utama jenis dan stadium TB ditunjukkan dalam gambar.[7] Banyak gejala yang tumpang tindih dengan jenis lain, namun ada pula gejala yang hanya spesifik (tapi tidak seluruhnya) pada jenis tertentu. Beragam jenis bisa muncul secara bersamaan.
Dari kelompok yang bukan pengidap HIV namun kemudian terinfeksi Tuberkulosis, 5-10% di antaranya menunjukkan perkembangan penyakit aktif selama masa hidup mereka.[8] Sebaliknya, dari kelompok yang terinfeksi HIV dan juga terinfeksi Tuberkulosis, ada 30% yang menunjukkan perkembangan penyakit aktif.[8] Tuberkulosis dapat menginfeksi bagian tubuh mana saja, tapi paling sering menginfeksi paru-paru (dikenal sebagai Tuberkulosis paru).[9] Bila Tuberkulosis berkembang di luar paru-paru, maka disebut TB ekstra paru. TB ekstra paru juga bisa timbul bersamaan dengan TB paru.[9] Tanda dan gejala umumnya antara lain demam, menggigil, berkeringat di malam hari, hilangnya nafsu makan, berat badan turun, dan lesu.[9] Dapat pula terjadijari tabuh yang signifikan.[8]
TB paru
Bila infeksi Tuberkulosis yang timbul menjadi aktif, sekitar 90%-nya selalu melibatkan paru-paru.[6][10] Gejala-gejalanya antara lain berupa nyeri dada dan batuk berdahak yang berkepanjangan. Sekitar 25% penderita tidak menunjukkan gejala apapun (yang demikian disebut "asimptomatik").[6] Kadangkala, penderita mengalami sedikit batuk darah. Dalam kasus-kasus tertentu yang jarang terjadi, infeksi bisa mengikis ke dalam arteri pulmonalis, dan menyebabkan pendarahan parah yang disebut Aneurisma Rasmussen. Tuberkulosis juga bisa berkembang menjadi penyakit kronis dan menyebabkan luka parut luas di bagian lobus atas paru-paru. Paru-paru atas paling sering terinfeksi.[9] Alasannya belum begitu jelas.[1] Kemungkinan karena paru-paru atas lebih banyak mendapatkan aliran udara[1] atau bisa juga karena drainase limfa yang kurang baik pada paru bagian atas.[9]
TB ekstra paru
Dalam 1520% kasus aktif, terjadi penyebaran infeksi hingga ke luar organ pernapasan dan menyebabkan TB jenis lainnya.[11] TB yang terjadi di luar organ pernapasan disebut "tuberkulosis ekstra paru".[12] TB ekstra paru umumnya terjadi pada orang dewasa dengan imunosupresi dan anak-anak. TB ekstra paru muncul pada 50% lebih kelompok pengidap HIV.[12] Lokasi TB ekstra paru yang bermakna termasuk: pleura (pada TB pleuritis), sistem saraf pusat (pada meningitisTB), dan sistem kelenjar getah bening (pada skrofuloderma leher). TB ekstra paru juga dapat terjadi di sistem urogenital (yaitu pada Tuberkulosis urogenital) dan pada tulang dan persendian (yaitu pada penyakit Pott tulang belakang). Bila TB menyebar ke tulang maka dapat disebut "TB tulang",[13] yang merupakan salah satu bentuk osteomielitis.[1] Ada lagi TB yang lebih serius yaitu TB yang menyebar luas dan disebut sebagai TB diseminata, atau biasanya dikenal dengan nama Tuberkulosis Milier.[9] Di antara kasus TB ekstra paru, 10%-nya biasanya merupakan TB Milier.[14]
Penyebab
Mikobakteria
Hasil pindai mikrograf elektron Mycobacterium tuberculosis
Penyebab utama penyakit TB adalah Mycobacterium tuberculosis, yaitu sejenis basil aerobik kecil yang non-motil.[9] Berbagai karakter klinis unik patogen ini disebabkan oleh tingginya kandungan lemak/lipid yang dimilikinya.[15] Sel-selnya membelah setiap 16 20 jam. Kecepatan pembelahan ini termasuk lambat bila dibandingkan dengan jenis bakteri lain yang umumnya membelah setiap kurang dari satu jam.[16] Mikobakteria memiliki lapisan ganda membran luar lipid.[17] Bila dilakukan uji pewarnaan Gram, maka MTB akan menunjukkan pewarnaan "Gram-positif" yang lemah atau tidak menunjukkan warna sama sekali karena kandungan lemak dan asam mikolat yang tinggi pada dinding selnya.[18] MTB bisa tahan terhadap berbagai disinfektan lemah dan dapat bertahan hidup dalam kondisi kering selama berminggu-minggu. Di alam, bakteri hanya dapat berkembang dalam sel inang organisme tertentu, namun M. tuberculosis bisa dikultur di laboratorium.[19]
Dengan menggunakan pewarnaan histologis pada sampel dahak yang diekspektorat, peneliti dapat mengidentifikasi MTB melalui mikroskop (dengan pencahayaan) biasa. (Dahak juga disebut "sputum"). MTB mempertahankan warna meskipun sudah diberi perlakukan larutan asam, sehingga dapat digolongkan sebagai Basil Tahan Asam (BTA).[1][18] Dua jenis teknik pewarnaan asam yang paling umum yaitu: teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yang akan memberi warna merah terang pada bakteri BTA bila diletakkan pada latar biru,[20] dan teknik pewarnaan auramin-rhodamin lalu dilihat dengan mikroskop fluoresen.[21]
Kompleks M. tuberculosis (KMTB) juga termasuk mikobakteria lain yang juga menjadi penyebab TB: M. bovis, M. africanum, M. canetti, dan M. microti.[22]M. africanum tidak menyebar luas, namun merupakan penyebab penting Tuberkulosis di sebagian wilayah Afrika.[23][24]M. bovis merupakan penyebab umum Tuberkulosis, namun pengenalan susu pasteurisasi telah berhasil memusnahkan jenis mikobakterium yang selama ini menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang ini.[1][25]M. canetti merupakan jenis langka dan sepertinya hanya ada di kawasan Tanduk Afrika, meskipun beberapa kasus pernah ditemukan pada kelompok emigran Afrika.[26][27]M. microti juga merupakan jenis langka dan seringkali ditemukan pada penderita yang mengalami imunodefisiensi, meski demikian, patogen ini kemungkinan bisa bersifat lebih umum dari yang kita bayangkan.[28]
Mikobakteria patogen lain yang juga sudah dikenal antara lain M. leprae,M. avium, dan M. kansasii. Dua jenis terakhir masuk dalam klasifikasi "Mikobakteria non-tuberkulosis" (MNT). MNT tidak menyebabkan TB atau lepra, namun menyebabkan penyakit paru-paru lain yang mirip TB.[29]
Faktor-faktor Resiko
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa orang lebih rentan terhadap infeksi TB. Di tingkat global, faktor resiko paling penting adalah HIV; 13% dari seluruh kasus TB ternyata terinfeksi juga oleh virus HIV.[5] Masalah ini umum ditemukan di kawasan sub-Sahara Afrika, yang angka HIV-nya tinggi.[30][31] Tuberkulosis terkait erat dengan kepadatan penduduk yang berlebihan serta gizi buruk. Keterkaitan ini menjadikan TB sebagai salah satu penyakit kemiskinan utama.[6] Orang-orang yang memiliki resiko tinggi terinfeksi TB antara lain: orang yang menyuntik obat terlarang, penghuni dan karyawan tempat-tempat berkumpulnya orang-orang rentan (misalnya, penjara dan tempat penampungan gelandangan), orang-orang miskin yang tidak memiliki akses perawatan kesehatan yang memadai, minoritas suku yang beresiko tinggi, dan para pekerja kesehatan yang melayani orang-orang tersebut.[32] Penyakit paru-paru kronis adalah faktor resiko penting lainnya. Silikosis meningkatkan resiko hingga 30 kali lebih besar.[33] Orang-orang yang merokok memiliki resiko dua kali lebih besar terkena TB dibandingkan yang tidak merokok.[34] Adanya penyakit tertentu juga dapat meningkatkan resiko berkembangnya Tuberkulosis, antara lain alkoholisme/kecanduan alkohol[6] dan diabetes mellitus (resikonya tiga kali lipat).[35] Obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid dan infliximab (antibodi monoklonal anti-TNF) juga merupakan faktor resiko yang semakin penting, terutama di kawasan dunia berkembang.[6] Meskipun kerentanan genetik[36] juga bisa berpengaruh, namun para peneliti belum menjelaskan sampai sejauh mana peranannya.[6]
Mekanisme
Kampanye kesehatan masyarakat pada tahun 1920-an untuk menghentikan penyebaran TB.
Penularan
Ketika seseorang yang mengidap TB paru aktif batuk, bersin, bicara, menyanyi, atau meludah, mereka sedang menyemprotkan titis-titis aerosol infeksius dengan diameter 0.5 hingga 5 µm. Bersin dapat melepaskan partikel kecil-kecil hingga 40,000 titis.[37] Tiap titis bisa menularkan penyakit Tuberkulosis karena dosis infeksius penyakit ini sangat rendah. (Seseorang yang menghirup kurang dari 10 bakteri saja bisa langsung terinfeksi).[38]
Orang-orang yang melakukan kontak dalam waktu lama, dalam frekuensi sering, atau selalu berdekatan dengan penderita TB, beresiko tinggi ikut terinfeksi, dengan perkiraan angka infeksi sekitar 22%.[39] Seseorang dengan Tuberkulosis aktif dan tidak mendapatkan perawatan dapat menginfeksi 10-15 (atau lebih) orang lain setiap tahun.[3] Biasanya, hanya mereka yang menderita TB aktif yang dapat menularkan penyakit ini. Orang-orang dengan infeksi laten diyakini tidak menularkan penyakitnya.[1] Kemungkinan penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain jumlah titis infeksius yang disemprotkan oleh pembawa, efektifitas ventilasi lingkungan tempat tinggal, jangka waktu paparan, tingkat virulensistrain M. tuberculosis, dan tingkat kekebalan tubuh orang yang tidak terinfeksi.[40] Untuk mencegah penyebaran berlapis dari satu orang ke orang lainnya, pisahkan orang-orang dengan TB aktif ("nyata") dan masukkan mereka dalam rejimen obat anti-TB. Setelah kira-kira dua minggu perawatan efektif, orang-orang dengan infeksi aktif yang non-resisten biasanya sudah tidak menularkan penyakitnya ke orang lain.[39] Bila ternyata kemudian ada yang terinfeksi, biasanya perlu waktu tiga sampai empat minggu hingga orang yang baru terinfeksi itu menjadi cukup infeksius untuk menularkan penyakit tersebut ke orang lain.[41]
Patogenesis
Sekitar 90% orang yang terinfeksi M. tuberculosis mengidap infeksi TB laten yang bersifat asimtomatik, (kadang disebut LTBI/Latent TB Infections).[42] Seumur hidup, orang-orang ini hanya memiliki 10% peluang infeksi latennya berkembang menjadi penyakit Tuberkulosis aktif yang nyata.[43] Resiko TB pada pengidap HIV untuk berkembang menjadi penyakit aktif meningkat sekitar 10% setiap tahunnya.[43] Bila tidak diberi pengobatan yang efektif, maka angka kematian TB aktif bisa mencapai lebih dari 66%.[3]
Infeksi TB bermula ketika mikobakteria masuk ke dalam alveoli paru, lalu menginvasi dan bereplikasi di dalam endosom makrofag alveolus.[1][44] Lokasi primer infeksi di dalam paru-paru yang dikenal dengan nama "fokus Ghon", terletak di bagian atas lobus bawah, atau di bagian bawah lobus atas.[1] Tuberkulosis paru dapat juga terjadi melalui infeksi aliran darah yang dikenal dengan nama fokus Simon. Infeksi fokus Simon biasanya ditemukan di bagian atas paru-paru.[45] Penularan hematogen (melalui pembuluh darah) ini juga dapat menyebar ke lokasi-lokasi lain seperti nodus limfa perifer, ginjal, otak dan tulang.[1][46] Tuberkulosis berdampak pada seluruh bagian tubuh, meskipun belum diketahui kenapa penyakit ini jarang sekali menyerang jantung, otot skeletal, pankreas, atau tiroid.[47]
Tuberkulosis digolongkan sebagai salah satu penyakit yang menyebabkan radang granulomatosa. Sel-sel seperti Makrofag, limfosit T, limfosit B, dan fibroblast saling bergabung membentuk granuloma. Limfosit mengepung makrofag-makrofag yang terinfeksi. Granuloma mencegah penyebaran mikobakteria dan menyediakan lingkungan khusus bagi interaksi sel-sel lokal di dalam sistem kekebalan tubuh. Bakteri yang berada di dalam granuloma menjadi dorman lalu menjadi sumber infeksi laten. Ciri khas lain granuloma adalah membentuk kematian sel abnormal (nekrosis) di pusat tuberkel. Dilihat dengan mata telanjang, nekrosis memiliki tekstur halus, berwarna putih keju dan disebut nekrosis kaseosa.[48]
Bakteri TB bisa masuk ke dalam aliran darah dari area jaringan yang rusak itu. Bakteri-bakteri tersebut kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan membentuk banyak fokus-fokus infeksi, yang tampak sebagai tuberkel kecil berwarna putih di dalam jaringan.[49] Penyakit TB yang sangat parah ini disebut tuberkulosis milier. Jenis TB ini paling umum terjadi pada anak-anak dan penderita HIV.[50] Angka fatalitas orang yang mengidap TB diseminata seperti ini cukup tinggi meskipun sudah mendapatkan pengobatan (sekitar 30%).[14][51]
Pada banyak orang, infeksi ini sering hilang timbul. Perusakan jaringan dan nekrosis seringkali seimbang dengan kecepatan penyembuhan dan fibrosis.[48] Jaringan yang terinfeksi berubah menjadi parut dan lubang-lubangnya terisi dengan material nekrotik kaseosa tersebut. Selama masa aktif penyakit, beberapa lubang ini ikut masuk ke dalam saluran udara bronkhi dan material nekrosis tadi bisa terbatukkan. Material ini mengandung bakteri hidup dan dapat menyebarkan infeksi. Pengobatan menggunakan antibiotik yang sesuai dapat membunuh bakteri-bekteri tersebut dan memberi jalan bagi proses penyembuhan. Saat penyakit sudah sembuh, area yang terinfeksi berubah menjadi jaringan parut.[48]
Diagnosis
Tuberkulosis Aktif
Sangat sulit mendiagnosis Tuberkulosis aktif hanya berdasarkan tanda-tanda dan gejala saja.[52] Sulit juga mendiagnosis penyakit ini pada orang-orang dengan imunosupresi.[53] Meski demikian, orang-orang yang menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka memiliki penyakit paru-paru atau gejala konstitusional yang berlangsung lebih dari dua minggu maka bisa jadi orang tersebut tertular TB.[53] Gambar sinar X dada dan pembuatan beberapa kultur sputum untuk basil tahan asam biasanya menjadi salah satu bagian evaluasi awal.[53] Uji pelepasan interferon- (IGRAs) dan tes kulit tuberkulin tidak optimal diterapkan di dunia berkembang.[54][55] IGRA memiliki kelemahan yang serupa bila diterapkan pada penderita HIV.[55][56]
Diagnosis yang tepat untuk TB dilakukan ketika bakteri M. tuberculosis ditemukan dalam sampel klinis (misalnya, dahak, nanah, atau biopsi jaringan). Namun, proses kultur organisme yang lambat pertumbuhannya ini membutuhkan waktu dua hingga enam minggu untuk kultur darah dan dahak saja.[57] Oleh karena itu, pengobatan seringkali dilakukan sebelum hasil kultur selesai.[58]
Tes amplifikasi asam nukleat dan uji adenosin deaminase dapat lebih cepat mendiagnosis TB.[52] Meski demikian, tes ini tidak direkomendasikan secara rutin karena jarang sekali mengubah cara pengobatan penderita.[58] Tes darah untuk mendeteksi antibodi tidak begitu spesifik atau sensitif, sehingga tes ini juga tidak direkomendasikan.[59]
Tuberkulosis laten
Tes kulit tuberkulin Mantoux.
Tes kulit tuberkulin Mantoux sering digunakan sebagai penapisan bagi seseorang dengan resiko TB tinggi.[53] Orang yang pernah diimunisasi sebelumnya dapat memberikan hasil tes positif yang palsu.[60] Hasil tes dapat memberikan negatif palsu pada orang yang menderita sarkoidosis, Limfoma Hodgkin, dan malnutrisi. Yang terpenting, hasil tes dapat negatif palsu pada orang yang menderita tuberkulosis aktif.[1]Interferon gamma release assays (IGRAs) untuk sampel darah direkomendasikan pada orang dengan hasil tes Mantoux positif.[58] IGRAs tidak dipengaruhi oleh imunisasi ataupun sebagian besar mikobakteri dari lingkungan, sehingga mereka memunculkan hasil tes positif palsu yang lebih sedikit.[61] Bagaimanapun mereka dipengaruhi oleh M. szulgai, M. marinum, and M. kansasii.[62] IGRAs dapat meningkatkan sensitivitas bila digunakan sebagai tes tambahan selain tes kulit. Tetapi IGRAs menjadi kurang sensitif dibandingkan tes kulit apabila digunakan sendirian.[63]
Pencegahan
Usaha untuk mencegah dan mengontrol tuberkulosis bergantung pada vaksinasi bayi dan deteksi serta perawatan untuk kasus aktif.[6] The World Health Organization (WHO) telah berhasil mencapai sejumlah keberhasilan dengan regimen pengobatan yang dimprovisasi, dan sudah terdapat penurunan kecil dalam jumlah kasus.[6]
Vaksin
Sejak tahun 2011, satu-satunya vaksin yang tersedia adalah bacillus CalmetteGuérin (BCG). Walaupun BCG efektif melawan penyakit yang menyebar pada masa kanak-kanak, masih terdapat perlindungan yang inkonsisten terhadap TB paru.[64] Namun, ini adalah vaksin yang paling umum digunakan di dunia, dengan lebih dari 90% anak-anak yang mendapat vaksinasi.[6] Bagaimanapun, imunitas yang ditimbulkan akan berkurang setelah kurang lebih sepuluh tahun.[6] Tuberkulosis tidak umum di sebagian besar Kanada, Inggris Raya, dan Amerika Serikat, jadi BCG hanya diberikan kepada orang dengan resiko tinggi.[65][66][67] Satu alasan vaksin ini tidak digunakan adalah karena vaksin ini menyebabkan tes kulit tuberlulin memberikan positif palsu, sehingga tes ini tidak membantu dalam penyaringan penyakit.[67] Jenis vaksin baru masih sedang dikembangkan.[6]
Kesehatan masyarakat
World Health Organization (WHO) mendeklarasikan TB sebagai "emergensi kesehatan global pada tahun 1993.[6] Tahun 2006, Kemitraan Stop TB mengembangkan gerakan Rencana Global Stop Tuberkulosis yang ditujukan untuk menyelamatkan 14 juta orang pada tahun 2015.[68] Jumlah yang telah ditargetkan ini sepertinya tidak akan tercapai pada tahun 2015, sebagian besar disebabkan oleh kenaikan penderita HIV dengan tuberkulosis dan munculnya resistensi tuberkulosis multi-obat (multiple drug-resistant tuberculosis, MDR-TB).[6]Klasifikasi tuberkulosis yang dikembangkan oleh American Thoracic Society pada umumnya digunakan dalam program kesehatan masyarakat.[69]
Karena kuman TB ada di mana-mana termasuk di Mal, Kantor dan tentunya juga di Rumah Sakit, maka pencegahan yang paling efektif adalah Gaya Hidup untuk menunjang Ketahanan Tubuh kita:
Cukup gizi, jangan telat makan
Cukup istirahat, jika capai istirahat dulu
Jangan Stres Fisik, capai berlebihan
Jangan Stres Mental, berusahalah berpikir positip dan legowo (bisa menerima)
Penanganan
Pengobatan TB menggunakan antibiotik untuk membunuh bakterinya. Pengobatan TB yang efektif ternyata sulit karena struktur dan komposisi kimia dinding sel mikobakteri yang tidak biasa. Dinding sel menahan obat masuk sehingga menyebabkan antibiotik tidak efektif.[70] Dua jenis antibiotik yang umum digunakan adalah isoniazid danrifampicin, dan pengbatan dapat berlangsung berbulan-bulan.[40] Pengobatan TB laten biasanya menggunakan antibiotik tunggal.[71] Penyakit TB aktif sebaiknya diobati dengan kombinasi beberapa antibiotik untuk menurunkan resiko berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik.[6] Pasien dengan infeksi laten juga diobati untuk mencegah munculnya TB aktif di kehidupan selanjutnya.[71] WHO merekomendasikan directly observed therapy atau terapi pengawasan langsung, dimana seorang pengawas kesehatan mengawasi penderita meminum obatnya. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah penderita yang tidak meminum obat antibiotiknya dengan benar.[72] Bukti yang mendukung terapi pengawasan langsung secara independen kurang baik.[73] Namun, metode dengan cara mengingatkan penderita bahwa pengobatan itu penting ternyata efektif.[74]
Kasus baru
Rekomendasi tahun 2010 untuk pengobatan kasus baru tuberkulosis paru adalah kombinasi antibiotik selama enam bulan. Rifampicin, isoniazid, pyrazinamide, dan ethambutol untuk dua bulan pertama, dan hanya rifampicin dan isoniazid untuk empat bulan selanjutnya.[6] Apabila resistensi terhadap isoniazid tinggi, ethambutol dapat ditambahkan untuk empat bulan terakhir sebagai alternatif.[6]
Penyakit kambuh
Bila tuberkulosis kambuh, lakukan tes untuk menentukan jenis antibiotik yang sensitif sebelum menentukan pengobatan.[6] Jika multiple drug-resistant TB (MDR-TB) terdeteksi, direkomdendasikan pengobatan dengan paling tidak empat jenis antibiotik efektif selama 824 bulan.[6]
Resistensi obat
Resistensi primer muncul saat seseorang terinfeksi jenis TB resisten. Seorang dengan TB yang rentan dapat mengalami resistensi sekunder (didapat) pada saat terapi. Seseorang juga dapat mengalami perkembangan resistensi karena pengobatan yang tidak adekuat, jika obat yang diresepkan tidak dipakai dengan sesuai (karena tidak patuh), atau karena obat yang digunakan berkualitas rendah.[75] TB dengan resistensi obat merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di negara yang sedang berkembang. Pengobatan untuk TB yang resisten terhadap obat akan berlangsung lebih lama dan memerlukan obat yang lebih mahal. MDR-TB (Mulitple Drugs Resistance-TB) sering didefinisikan sebagai resistensi terhadap dua obat yang paling efektif dalam lini pertama pengobatan TB: rifampicin and isoniazid. Extensively drug-resistant TB juga resisten terhadap tiga atau lebih dari enam kelas pengobatan lini kedua.[76]TB resisten obat total adalah resistensi terhadap semua jenis obat yang selama ini digunakan. TB dengan resisten total terhadap obat pertama kali ditemukan pada tahun 2003 di Italia, tetapi hal ini tidak pernah dilaporkan hingga tahun 2012.[77]
Prognosa
Perkembangan dari infeksi TB menjadi penyakit TB yang nyata muncul saat basil mengalahkan pertahanan sistem imun dan mulai memperbanyak diri. Pada penyakit TB primer (sejumlah 15% dari kasus), perkembangan ini muncul segera setelah infeksi awal.[1] Namun, pada kebanyakan kasus, suatu Infeksi laten muncul tanpa gejalan yang nyata.[1] Kuman yang dorman ini menghasilkan tuberkulosis aktif pada 510% dari kasus laten ini, dan pada umumnya baru akan muncul bertahun-tahun setelah infeksi.[8]
Resiko reaktivasi meningkat sebagai akibat imunosupresi, seperti misalnya disebabkan oleh infeksi HIV. Pada orang yang juga terinfeksi oleh M. tuberculosis dan HIV, resiko adanya reaktivasi meningkat hingga 10% per tahun.[1] Studi yang menggunakan sidik DNA dari galur M. tuberculosismenunjukkan bahwa infeksi kembali menyebabkan kambuhnya TB lebih sering dari yang diperkirakan.[78] Infeksi kembali dapat dihitung lebih dari 50% kasus dimana TB biasa ditemukan.[79] Peluang terjadinya kematian karena tuberkulosis adalah kurang lebih 4% pada tahun 2008, turun dari 8% pada tahun 1995.[6]
Epidemiologi
Pada tahun 2007, prevalensi TB per 100.000 orang tertinggi di Afrika sub-Sahara, dan relatif tinggi di Asia.[80]
Kurang lebih sepertiga dari populasi dunia pernah terinfeksi M. tuberculosis. Satu infeksi baru muncul setiap detik dalam skala global.[3] Bagaimanapun, kebanyakan infeksi oleh M. tuberculosis tidak menyebabkan penyakit TB,[81] dan 9095% dari infeksi tetap asimptomatik.[42] Pada tahun 2007, diperkirakan ada 13,7 juta kasus kronis aktif.[82] Pada tahun 2010, terdapat 8,8 juta kasus baru TB yang didiagnosis, dan 1,45 juta kematian, kebanyakan dari jumlah ini terjadi di negara-negara berkembang.[5] Dari seluruh 1,45 juta kematian, sekitar 0.35 juta terjadi pada penderita yang juga terinfeksi HIV.[83]
Tuberkulosis merupakan penyebab umum kematian yang kedua yang disebabkan oleh infeksi (setelah kematian oleh HIV/AIDS).[9] Angka pasti dari kasus tuberkulosis ("prevalensi") sudah menurun sejak tahun 2005. Kasus tuberkulosis baru ("kejadian") telah menurun sejak tahun 2002.[5] Cina khususnya telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Cina telah menurunkan laju kematian akibat TB mendekati 80% antara tahun 1990 dan 2010.[83] Tuberkulosis lebih umum muncul di negara berkembang. Kurang lebih 80% dari populasi di berbagai negara Asia dan Afrika memberikan tes tuberkulin positif, tetapi hanya 510% dari populasi di AS memberikan hasil tes positif.[1] Para ahli berharap bahwa TB dapat dikendalikan secara penuh. Bagaimanapun, sejumlah faktor menyebabkan pengendalian TB menjadi tidak mungkin. Vaksin yang efektif sangat sulit dikembangkan. Sangat mahal dan memakan waktu lama untuk mendiagnosis penyakitnya. Pengobatan memerlukan waktu beberapa bulan. Lebih banyak orang yang terinfeksi HIV menderita TB. TB yang resisten terhadap obat muncul pada tahun 1980an.[6]
Angka tahunan laporan kasus baru TB. Data dari WHO.[84]
Pada tahun 2007, negara dengan perkiraan tingkat insiden tertinggi adalah Swaziland, dengan 1.200 kasus per 100.000 orang. India memiliki total insiden terbesar, dengan estimasi 2,0 juta kasus baru.[82] Di negara maju, tuberculosis tidak umum dan kebanyakan ditemukan di wilayah urban. Pada tahun 2010, laju TB per 100.000 orang di berbagai tempat di dunia adalah: di dunia 178, Afrika 332, Amerika 36, Mediterania Timur 173, Eropa 63, Asia Tenggara 278, dan Pacifik Barat 139.[83] Di Kanada dan Australia, tuberkulosis seringkali lebih umum terdapat di antara penduduk aborigin, terutama di wilayah yang terpencil.[85][86] Di Amerika Serikat, para Aborigin mengalami laju mortalitas akibat TB lima kali lebih besar.[87]
Insiden TB bervariasi sesuai usia. Di Afrika, hal ini utamanya mempengaruhi penduduk berusia antara 12dan 18 tahun dan dewasa muda.[88] Bagaimanapun, di negara yang laju insidennya sudah menurun dengan tajam (seperti Amerika Serikat), TB umumnya merupakan penyakit pada orang yang lebih tua dan mereka dengan sistem imun rentan.[1][89]
Sejarah
Mumi Mesir di British Museum sisa pembusukan tuberkulosis ditemukan di spina mumi-mumi Mesir.
Tuberculosis sudah ada dalam kehidupan manusia sejak zaman kuno.[6] Deteksi paling awal M. tuberculosis terdapat pada bukti adanya penyakit tersebut di dalam bangkai bison yang berasal dari sekira 17.000 tahun lalu.[90] Namun, tidak ada kepastian apakah tuberkulosis berasal dari sapi (bovin), yang kemudian ditularkan ke manusia, atau apakah tuberkulosis tersebut bercabang dari nenek moyang yang sama.[91] Para ilmuwan yakin bahwa manusia terkena MTBC dari binatang selama proses penjinakan. Namun, gen Micobacterium tuberculosiscomplex (MTbC) pada manusia telah dibandingkan dengan MTbC pada binatang, dan teori tersebut telah terbukti salah. Galur bakteri tuberkulosis memiliki nenek moyang yang sama, yang sebenarnya bisa menginfeksi manusia sejak Revolusi Neolitik.[92] Sisa kerangka menunjukkan bahwa manusia prasejarah (4000 Sebelum Masehi) mengidap TB. Para peneliti menemukan pembusukan tuberkulosis di dalam tulang spina mumi-mumi Mesir dari tahun 30002400 SM.[93] "Phthisis" berasal dari bahasa Yunani yang artinya konsumsi, yakni istilah kuno untuk tuberkulosis paru.[94] Sekira 460 SM, Hippocrates mengidentifikasi bahwa phthisis adalah penyakit yang paling mudah menular pada saat itu. Orang dengan phthisis mengalami demam dan batuk darah. Phthisis hampir selalu berakibat fatal.[95] Penelitian gen menunjukkan bahwa TB telah ada di Amerika dari sekira tahun 100 AD.[96]
Sebelum Revolusi Industri, cerita rakyat seringkali menghubungkan tuberkulosis dengan vampir. Jika seorang anggota keluarga meninggal karena TB, kesehatan anggota keluarga lainnya dari orang yang terinfeksi tersebut perlahan-lahan menurun. Masyarakat percaya bahwa orang pertama yang terkena TB menguras jiwa anggota keluarga lainnya.[97]
Jenis TB paru yang dikaitkan dengan tuberkel ditetapkan sebagai patologi oleh Dr Richard Morton pada 1689.[98][99] Namun, TB memiliki berbagai gejala, sehingga TB tidak diidentifikasi sebagai satu jenis penyakit hingga akhir 1820-an. TB belum dinamakan tuberkulosis hingga 1839 oleh J. L. Schönlein.[100] Selama tahun 18381845, Dr. John Croghan, pemilik Gua Mammoth, membawa mereka yang terkena TB ke dalam gua dengan harapan menyembuhkan penyakit tersebut dengan suhu konstan dan kemurnian udara di dalam gua: mereka meninggal setelah satu tahun di dalam gua.[101] Hermann Brehmer membuka sanatorium pertama pada 1859 di Sokoowsko, Polandia.[102]
Dr. Robert Koch menemukan basil tuberkulosis.
Basilus yang menyebabkan tuberkulosis, Mycobacterium tuberculosis, diidentifikasi dan dijelaskan pada 24 Maret 1882 oleh Robert Koch. Dia menerima Hadiah Nobel bidang fisiologi atau kedokteran pada 1905 atas penemuan ini.[103] Koch tidak percaya bahwa penyakit tuberkulosis pada sapi (ternak) dan manusia adalah penyakit yang serupa. Keyakinan ini menunda pengakuan bahwa susu yang terinfeksi menjadi sumber infeksi. Kemudian, risiko penularan dari sumber ini sangat jauh berkurang karena penemuan proses pasteurisasi. Koch mengumumkan ekstrak gliserin dari basil tuberkulosis sebagai "obat" untuk tuberkulosis pada 1890. Dia menamakannya tuberkulin. Meskipun tuberkulin tidak efektif, tuberkulin diadaptasi sebagai tes penapisan untuk mengetahui adanya tuberkulosis prasimtomatik.[104]
Albert Calmette dan Camille Guérin menerima kesuksesan pertama dalam imunisasi anti tuberkulosis pada 1906. Mereka menggunakan tuberkulosis galur bovin di-atenuasi, dan vaksin tersebut dinamakan BCG (basil Calmette dan Guérin). Vaksin BCG pertama kali digunakan pada manusia pada 1921 di Perancis.[105] Namun, vaksin BCG baru diterima secara luas di AS, Inggris, dan Jerman setelah Perang Dunia II.
Tuberkulosis menimbulkan kekhawatiran masyarakat pada abad ke-19 dan pada awal abad ke-20 sebagai penyakit endemik masyarakat miskin di perkotaan. Pada 1815, satu di antara empat kematian di Inggris disebabkan oleh "konsumsi." Pada 1918, satu di antara enam kematian di Perancis disebabkan oleh TB. Setelah para ilmuwan menetapkan bahwa penyakit tersebut menular pada 1880-an, TB dimasukkan ke penyakit wajib lapor di Inggris. Kampanye dimulai agar orang-orang berhenti meludah di tempat umum dan orang miskin yang terinfeksi penyakit tersebut didorong untuk masuk sanatorium yang menyerupai rumah tahanan. (Sanatorium untuk kelas menengah ke atas menawarkan perawatan yang luar biasa dan pemeriksaan medis terus-menerus.) [102] Sanatorium tersebut seharusnya memberi manfaat "udara bersih" dan pekerjaan. Namun bahkan dalam kondisi terbaik, 50% pasien di dalamnya meninggal setelah lima tahun (ca. 1916).[102]
Di Eropa, angka tuberkulosis mulai meningkat pada awal 1600-an. Angka kasus TB mencapai puncak tertingginya di Eropa pada 1800-an ketika penyakit ini menyebabkan hampir 25% dari keseluruhan kasus kematian.[107] Angka kematian kemudian menurun hingga hampir mencapai 90% pada 1950-an.[108] Peningkatan kesehatan masyarakat secara signifikan mengurangi angka tuberkulosis bahkan sebelum streptomisin dan antibiotik lainnya digunakan. Namun, penyakit tersebut masih merupakan ancaman yang serius bagi kesehatan masyarakat. Ketika Konsil Penelitian Medis dibentuk di Inggris pada 1913, fokus awalnya adalah penelitian tuberkulosis.[109]
Pada 1946, pengembangan antibiotik streptomisin mewujudkan pengobatan dan penyembuhan efektif untuk TB. Sebelum obat ini diperkenalkan, pengobatan satu-satunya (kecuali sanatorium) adalah intervensi bedah. Teknik pneumotoraks" membuat paru-paru yang terinfeksi kolaps dan memberikan "jeda" sehingga lesi akibat tuberkulosis mulai sembuh.[110] Kemunculan MDR-TB kembali menjadikan pembedahan sebagai opsi dalam standar tatalaksana untuk perawatan infeksi TB. Intervensi bedah saat ini meliputi pengangkatan kavitas ("bula") patologis di dalam paru-paru untuk mengurangi jumlah bakteri dan meningkatkan pajanan obat bagi bakteri yang masih ada di dalam aliran darah. Intervensi ini secara bersamaan mengurangi jumlah bakteri total dan meningkatkan efektifitas terapi antibiotik sistemik.[111] Meskipun para ahli mengharapkan agar TB dapat diberantas sepenuhnya (bandingkan cacar), munculnya galur resistensi obat pada 1980-an membuat pemberantasan TB menjadi sulit. Kemunculan kembali tuberkulosis mendorong deklarasi emergensi kesehatan global yang dibuat oleh WHO pada 1993.[112]
Masyarakat dan budaya
World Health Organization dan Yayasan Bill and Melinda Gates memberi subsidi untuk tes diagnosis cepat yang baru (fast-acting diagnostic test) untuk digunakan di negara berpendapatan rendah dan menengah.[113][114] Sejak 2011, banyak tempat miskin yang hanya memiliki akses ke mikroskopi sputum (pemeriksaan dahak menggunakan mikroskop).[115]
Pada 2010, India memiliki jumlah kasus TB tertinggi di dunia. Satu penyebabnya adalah karena pengelolaan penyakit yang buruk oleh sektor pelayanan kesehatan swasta. Program-program seperti Program kontrol TB nasional terevisi membantu untuk mengurangi jumlah TB di antara orang-orang yang menerima layanan kesehatan masyarakat.[116][117]
Riset
Vaksin BCG memiliki keterbatasan, dan riset untuk mengembangkan vaksin TB baru masih berjalan.[118] Sejumlah calon potensial saat ini dalam uji klinis fase I dan II.[118] Dua pendekatan utama dalam uji klinis berusaha untuk memperbaiki kemanjuran efikasi vaksin yang ada. Satu pendekatan melibatkan penambahan vaksin sub-unit ke BCG. Strategi lainnya mencoba untuk menciptakan vaksin baru dan vaksin hidup yang lebih baik.[118]MVA85A adalah contoh dari vaksin sub-unit yang sedang diuji-cobakan di Afrika Selatan. MVA85A didasarkan pada virus vaccinia yang dimodifikasi secara genetik.[119] Harapannya vaksin akan berperan secara signifikan dalam perawatan penyakit laten dan aktif.[120]
Untuk mendorong penemuan lebih lanjut, para peneliti dan pembuat kebijakan memperkenalkan model baru yang lebih murah untuk pegembangan vaksin, termasuk hadiah, insentif pajak, dan komitmen pasar lanjutan.[121][122] Beberapa kelompok dilibatkan dalam riset, termasuk Kemitraan Stop TB,[123] the South African Tuberculosis Vaccine Initiative, and the Aeras Global TB Vaccine Foundation.[124] Aeras Global TB Vaccine Foundation menerima hibah lebih dari $280 juta (AS) dari Bill and Melinda Gates Foundation untuk mengembangkan dan melisensi vaksin yang lebih baik untuk melawan tuberkulosis agar dapat digunakan di negara-negara dengan beban yang tinggi.[125][126]
Di binatang lain
Mikrobakteri menginfeksi banyak binatang yang berbeda-beda, termasuk unggas,[127] binatang pengerat,[128] dan reptil.[129] Subspesies Mycobacterium tuberculosis jarang muncul pada binatang liar.[130] Usaha untuk memberantas tuberkulosis bovis yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dari ternak dan kawanan rusa di New Zealand secara relatif telah berhasil.[131] Usaha Inggris Raya sedikit tidak berhasil.[132][133]
Referensi
^abcdefghijklmnopqKumar V, Abbas AK, Fausto N, Mitchell RN (2007). Robbins Basic Pathology (8th ed.). Saunders Elsevier. pp. 516522. ISBN 978-1-4160-2973-1.
^Konstantinos A (2010). "Testing for tuberculosis". Australian Prescriber33 (1): 1218.
^abcde"Tuberculosis Fact sheet N°104". World Health Organization. November 2010. Diakses tanggal 26 July 2011.
^World Health Organization (2009). "Epidemiology" (PDF). Global tuberculosis control: epidemiology, strategy, financing. pp. 633. ISBN 978-92-4-156380-2. Diakses tanggal 12 November 2009.
^abcdeWorld Health Organization (2011). "The sixteenth global report on tuberculosis" (PDF).
^abcdefghijklmnopqrstuvLawn, SD; Zumla, AI (2 July 2011). "Tuberculosis". Lancet378 (9785): 5772. doi:10.1016/S0140-6736(10)62173-3. PMID 21420161.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Schiffman G (15 January 2009). "Tuberculosis Symptoms". eMedicineHealth.
^abcdal.], edited by Peter G. Gibson ; section editors, Michael Abramson ... [et (2005). Evidence-based respiratory medicine (1. publ. ed.). Oxford: Blackwell. p. 321. ISBN 978-0-7279-1605-1.
^abcdefghDolin, [edited by] Gerald L. Mandell, John E. Bennett, Raphael (2010). Mandell, Douglas, and Bennett's principles and practice of infectious diseases (7th ed.). Philadelphia, PA: Churchill Livingstone/Elsevier. pp. Chapter 250. ISBN 978-0-443-06839-3.
^Behera, D. (2010). Textbook of pulmonary medicine (2nd ed. ed.). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Pub. p. 457. ISBN 978-81-8448-749-7.CS1 maint: Extra text (link)
^Jindal, editor-in-chief SK. Textbook of pulmonary and critical care medicine. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p. 549. ISBN 978-93-5025-073-0.
^abGolden MP, Vikram HR (2005). "Extrapulmonary tuberculosis: an overview". American family physician72 (9): 17618. PMID 16300038.
^Kabra, [edited by] Vimlesh Seth, S.K. (2006). Essentials of tuberculosis in children (3rd ed. ed.). New Delhi: Jaypee Bros. Medical Publishers. p. 249. ISBN 978-81-8061-709-6.CS1 maint: Extra text (link)
^abGhosh, editors-in-chief, Thomas M. Habermann, Amit K. (2008). Mayo Clinic internal medicine : concise textbook. Rochester, MN: Mayo Clinic Scientific Press. p. 789. ISBN 978-1-4200-6749-1.
^Southwick F (10 December 2007). "Chapter 4: Pulmonary Infections". Infectious Diseases: A Clinical Short Course, 2nd ed. McGraw-Hill Medical Publishing Division. p. 104 Extra |pages= or |at= (bantuan). ISBN 0-07-147722-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 May 2009.
^Jindal, editor-in-chief SK. Textbook of pulmonary and critical care medicine. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p. 525. ISBN 978-93-5025-073-0.
^Niederweis M, Danilchanka O, Huff J, Hoffmann C, Engelhardt H (March 2010). "Mycobacterial outer membranes: in search of proteins". Trends in Microbiology18 (3): 10916. doi:10.1016/j.tim.2009.12.005. PMC 2931330. PMID 20060722.Cite uses deprecated parameter |month= (bantuan)
^abMadison B (2001). "Application of stains in clinical microbiology". Biotech Histochem76 (3): 11925. doi:10.1080/714028138. PMID 11475314.
^Parish T, Stoker N (1999). "Mycobacteria: bugs and bugbears (two steps forward and one step back)". Molecular Biotechnology13 (3): 191200. doi:10.1385/MB:13:3:191. PMID 10934532.
^Medical Laboratory Science: Theory and Practice. New Delhi: Tata McGraw-Hill. 2000. p. 473. ISBN 0-07-463223-X.
^Piot, editors, Richard D. Semba, Martin W. Bloem; foreword by Peter (2008). Nutrition and health in developing countries (2nd ed. ed.). Totowa, NJ: Humana Press. p. 291. ISBN 978-1-934115-24-4.CS1 maint: Extra text (link)
^van Soolingen D et al. (1997). "A novel pathogenic taxon of the Mycobacterium tuberculosis complex, Canetti: characterization of an exceptional isolate from Africa". International Journal of Systematic Bacteriology47 (4): 123645. doi:10.1099/00207713-47-4-1236. PMID 9336935.Cite uses deprecated parameter |author-separator= (bantuan)
^Niemann S et al. (2002). "Mycobacterium africanum Subtype II Is Associated with Two Distinct Genotypes and Is a Major Cause of Human Tuberculosis in Kampala, Uganda". J. Clin. Microbiol.40 (9): 3398405. doi:10.1128/JCM.40.9.3398-3405.2002. PMC 130701. PMID 12202584.Cite uses deprecated parameter |author-separator= (bantuan)
^Niobe-Eyangoh SN et al. (2003). "Genetic Biodiversity of Mycobacterium tuberculosis Complex Strains from Patients with Pulmonary Tuberculosis in Cameroon". J. Clin. Microbiol.41 (6): 254753. doi:10.1128/JCM.41.6.2547-2553.2003. PMC 156567. PMID 12791879.Cite uses deprecated parameter |author-separator= (bantuan)
^Thoen C, Lobue P, de Kantor I (2006). "The importance of Mycobacterium bovis as a zoonosis". Vet. Microbiol.112 (24): 33945. doi:10.1016/j.vetmic.2005.11.047. PMID 16387455.
^Acton, Q. Ashton (2011). Mycobacterium Infections: New Insights for the Healthcare Professional. ScholarlyEditions. p. 1968. ISBN 978-1-4649-0122-5.
^Pfyffer, GE; Auckenthaler, R, van Embden, JD, van Soolingen, D (1998 Oct-Dec). "Mycobacterium canettii, the smooth variant of M. tuberculosis, isolated from a Swiss patient exposed in Africa.". Emerging infectious diseases4 (4): 6314. PMID 9866740.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Panteix, G; Gutierrez, MC, Boschiroli, ML, Rouviere, M, Plaidy, A, Pressac, D, Porcheret, H, Chyderiotis, G, Ponsada, M, Van Oortegem, K, Salloum, S, Cabuzel, S, Bañuls, AL, Van de Perre, P, Godreuil, S (2010 Aug). "Pulmonary tuberculosis due to Mycobacterium microti: a study of six recent cases in France.". Journal of medical microbiology59 (Pt 8): 9849. PMID 20488936.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^American Thoracic Society (1997). "Diagnosis and treatment of disease caused by nontuberculous mycobacteria. This official statement of the American Thoracic Society was approved by the Board of Directors, March 1997. Medical Section of the American Lung Association". Am J Respir Crit Care Med156 (2 Pt 2): S125. PMID 9279284.
^World Health Organization. "Global tuberculosis controlsurveillance, planning, financing WHO Report 2006". Diakses tanggal 13 October 2006.
^Chaisson, RE; Martinson, NA (13 March 2008). "Tuberculosis in Africa--combating an HIV-driven crisis". The New England Journal of Medicine358 (11): 108992. doi:10.1056/NEJMp0800809. PMID 18337598.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Griffith D, Kerr C (1996). "Tuberculosis: disease of the past, disease of the present". J Perianesth Nurs11 (4): 2405. doi:10.1016/S1089-9472(96)80023-2. PMID 8964016.
^ATS/CDC Statement Committee on Latent Tuberculosis Infection (June 200). "Targeted tuberculin testing and treatment of latent tuberculosis infection. American Thoracic Society". MMWR Recomm Rep49 (RR6): 151. PMID 10881762.Cite uses deprecated parameter |month= (bantuan)
^van Zyl Smit, RN; Pai, M, Yew, WW, Leung, CC, Zumla, A, Bateman, ED, Dheda, K (2010 Jan). "Global lung health: the colliding epidemics of tuberculosis, tobacco smoking, HIV and COPD.". The European respiratory journal : official journal of the European Society for Clinical Respiratory Physiology35 (1): 2733. PMID 20044459. These analyses indicate that smokers are almost twice as likely to be infected with TB and to progress to active disease (RR of 1.5 for latent TB infection (LTBI) and RR of 2.0 for TB disease). Perokok juga memiliki peluang meninggal karena TB yang lebih besar (Resiko Relatif 2.0 dari seluruh angka kematian akibat TB), namun data yang ada sulit diinterpretasikan karena keberagaman/heterogenitas hasil yang didapatkan dari berbagai penelitian berbeda.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Restrepo, BI (15 August 2007). "Convergence of the tuberculosis and diabetes epidemics: renewal of old acquaintances". Clinical infectious diseases : an official publication of the Infectious Diseases Society of America45 (4): 4368. doi:10.1086/519939. PMC 2900315. PMID 17638190.
^Möller, M; Hoal, EG (2010 Mar). "Current findings, challenges and novel approaches in human genetic susceptibility to tuberculosis". Tuberculosis (Edinburgh, Scotland)90 (2): 7183. doi:10.1016/j.tube.2010.02.002. PMID 20206579.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Cole E, Cook C (1998). "Characterization of infectious aerosols in health care facilities: an aid to effective engineering controls and preventive strategies". Am J Infect Control26 (4): 45364. doi:10.1016/S0196-6553(98)70046-X. PMID 9721404.
^Nicas M, Nazaroff WW, Hubbard A (2005). "Toward understanding the risk of secondary airborne infection: emission of respirable pathogens". J Occup Environ Hyg2 (3): 14354. doi:10.1080/15459620590918466. PMID 15764538.
^abAhmed N, Hasnain S (2011). "Molecular epidemiology of tuberculosis in India: Moving forward with a systems biology approach". Tuberculosis91 (5): 4073. doi:10.1016/j.tube.2011.03.006. PMID 21514230.
^ab"Core Curriculum on Tuberculosis: What the Clinician Should Know" (PDF) (5th ed.). Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Division of Tuberculosis Elimination. 2011.Unknown parameter |pg= ignored (bantuan)
^"Causes of Tuberculosis". Mayo Clinic. 21 December 2006. Diakses tanggal 19 October 2007.
^abSkolnik, Richard (2011). Global health 101 (2nd ed. ed.). Burlington, MA: Jones & Bartlett Learning. p. 253. ISBN 978-0-7637-9751-5.CS1 maint: Extra text (link)
^abeditors, Arch G. Mainous III, Claire Pomeroy, (2009). Management of antimicrobials in infectious diseases : impact of antibiotic resistance. (2nd rev. ed. ed.). Totowa, N.J.: Humana. p. 74. ISBN 978-1-60327-238-4.CS1 maint: Extra text (link)
^Houben E, Nguyen L, Pieters J (2006). "Interaction of pathogenic mycobacteria with the host immune system". Curr Opin Microbiol9 (1): 7685. doi:10.1016/j.mib.2005.12.014. PMID 16406837.
^Khan (2011). Essence Of Paediatrics. Elsevier India. p. 401. ISBN 978-81-312-2804-3.
^Herrmann J, Lagrange P (2005). "Dendritic cells and Mycobacterium tuberculosis: which is the Trojan horse?". Pathol Biol (Paris)53 (1): 3540. doi:10.1016/j.patbio.2004.01.004. PMID 15620608.
^Agarwal R, Malhotra P, Awasthi A, Kakkar N, Gupta D (2005). "Tuberculous dilated cardiomyopathy: an under-recognized entity?". BMC Infect Dis5 (1): 29. doi:10.1186/1471-2334-5-29. PMC 1090580. PMID 15857515.
^abcGrosset J (2003). "Mycobacterium tuberculosis in the Extracellular Compartment: an Underestimated Adversary". Antimicrob Agents Chemother47 (3): 8336. doi:10.1128/AAC.47.3.833-836.2003. PMC 149338. PMID 12604509.
^Crowley, Leonard V. (2010). An introduction to human disease : pathology and pathophysiology correlations (8th ed. ed.). Sudbury, Mass.: Jones and Bartlett. p. 374. ISBN 978-0-7637-6591-0.CS1 maint: Extra text (link)
^Anthony, Harries (2005). TB/HIV a Clinical Manual. (2nd ed.). Geneva: World Health Organization. p. 75. ISBN 978-92-4-154634-8.
^Jacob, JT; Mehta, AK, Leonard, MK (2009 Jan). "Acute forms of tuberculosis in adults.". The American journal of medicine122 (1): 127. PMID 19114163.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^abcdEscalante, P (2009 Jun 2). "In the clinic. Tuberculosis.". Annals of internal medicine150 (11): ITC61614; quiz ITV616. PMID 19487708.
^Metcalfe, JZ; Everett, CK, Steingart, KR, Cattamanchi, A, Huang, L, Hopewell, PC, Pai, M (2011 Nov 15). "Interferon- release assays for active pulmonary tuberculosis diagnosis in adults in low- and middle-income countries: systematic review and meta-analysis.". The Journal of infectious diseases. 204 Suppl 4: S11209. PMID 21996694.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^abSester, M; Sotgiu, G, Lange, C, Giehl, C, Girardi, E, Migliori, GB, Bossink, A, Dheda, K, Diel, R, Dominguez, J, Lipman, M, Nemeth, J, Ravn, P, Winkler, S, Huitric, E, Sandgren, A, Manissero, D (2011 Jan). "Interferon- release assays for the diagnosis of active tuberculosis: a systematic review and meta-analysis.". The European respiratory journal : official journal of the European Society for Clinical Respiratory Physiology37 (1): 10011. PMID 20847080.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Chen, J; Zhang, R, Wang, J, Liu, L, Zheng, Y, Shen, Y, Qi, T, Lu, H (2011). "Interferon-gamma release assays for the diagnosis of active tuberculosis in HIV-infected patients: a systematic review and meta-analysis.". PloS one6 (11): e26827. PMID 22069472.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Diseases, Special Programme for Research & Training in Tropical (2006). Diagnostics for tuberculosis : global demand and market potential. Geneva: World Health Organization on behalf of the Special Programme for Research and Training in Tropical Diseases. p. 36. ISBN 978-92-4-156330-7.
^abcNational Institute for Health and Clinical Excellence. Clinical guideline 117: Tuberculosis. London, 2011.
^Steingart, KR; Flores, LL, Dendukuri, N, Schiller, I, Laal, S, Ramsay, A, Hopewell, PC, Pai, M (2011 Aug). "Commercial serological tests for the diagnosis of active pulmonary and extrapulmonary tuberculosis: an updated systematic review and meta-analysis.". PLoS medicine8 (8): e1001062. doi:10.1371/journal.pmed.1001062. PMC 3153457. PMID 21857806.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Rothel J, Andersen P (2005). "Diagnosis of latent Mycobacterium tuberculosis infection: is the demise of the Mantoux test imminent?". Expert Rev Anti Infect Ther3 (6): 98193. doi:10.1586/14787210.3.6.981. PMID 16307510.
^Pai M, Zwerling A, Menzies D (2008). "Systematic Review: T-Cellbased Assays for the Diagnosis of Latent Tuberculosis Infection: An Update". Ann. Intern. Med.149 (3): 19. PMC 2951987. PMID 18593687.
^Jindal, editor-in-chief SK. Textbook of pulmonary and critical care medicine. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p. 544. ISBN 978-93-5025-073-0.
^Amicosante, M; Ciccozzi, M, Markova, R (2010 Apr). "Rational use of immunodiagnostic tools for tuberculosis infection: guidelines and cost effectiveness studies.". The new microbiologica33 (2): 93107. PMID 20518271.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^McShane, H (12 October 2011). "Tuberculosis vaccines: beyond bacille CalmetteGuérin". Philosophical transactions of the Royal Society of London. Series B, Biological sciences366 (1579): 27829. doi:10.1098/rstb.2011.0097. PMC 3146779. PMID 21893541.
^"Vaccine and Immunizations: TB Vaccine (BCG)". Centers for Disease Control and Prevention. 2011. Diakses tanggal 26 July 2011.
^"BCG Vaccine Usage in Canada -Current and Historical". Public Health Agency of Canada. September 2010. Diakses tanggal 30 December 2011.Cite uses deprecated parameter |month= (bantuan)
^abTeo, SS; Shingadia, DV (2006 Jun). "Does BCG have a role in tuberculosis control and prevention in the United Kingdom?". Archives of Disease in Childhood91 (6): 52931. doi:10.1136/adc.2005.085043. PMC 2082765. PMID 16714729.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^"The Global Plan to Stop TB". World Health Organization. 2011. Diakses tanggal 13 June 2011.
^Warrell, ed. by D. J. Weatherall ... [4. + 5. ed.] ed. by David A. (2005). Sections 1 - 10. (4. ed., paperback. ed.). Oxford [u.a.]: Oxford Univ. Press. p. 560. ISBN 978-0-19-857014-1.
^Brennan PJ, Nikaido H (1995). "The envelope of mycobacteria". Annu. Rev. Biochem.64: 2963. doi:10.1146/annurev.bi.64.070195.000333. PMID 7574484.
^abMenzies, D; Al Jahdali, H, Al Otaibi, B (2011 Mar). "Recent developments in treatment of latent tuberculosis infection.". The Indian journal of medical research133: 25766. PMID 21441678.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Arch G., III Mainous (2010). Management of Antimicrobials in Infectious Diseases: Impact of Antibiotic Resistance. Humana Pr. p. 69. ISBN 1-60327-238-0.
^Volmink J, Garner P (2007). "Directly observed therapy for treating tuberculosis". Cochrane Database Syst Rev (4): CD003343. doi:10.1002/14651858.CD003343.pub3. PMID 17943789.
^Liu, Q; Abba, K; Alejandria, MM; Balanag, VM; Berba, RP; Lansang, MA (2008 Oct 8). "Reminder systems and late patient tracers in the diagnosis and management of tuberculosis.". Cochrane database of systematic reviews (Online) (4): CD006594. PMID 18843723.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^O'Brien R (1994). "Drug-resistant tuberculosis: etiology, management and prevention". Semin Respir Infect9 (2): 10412. PMID 7973169.
^Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2006). "Emergence of Mycobacterium tuberculosis with extensive resistance to second-line drugsworldwide, 20002004". MMWR Morb Mortal Wkly Rep55 (11): 3015. PMID 16557213.
^Maryn McKenna (12 January 2012). "Totally Resistant TB: Earliest Cases in Italy". Wired. Diakses tanggal 12 January 2012.
^Lambert M et al. (2003). "Recurrence in tuberculosis: relapse or reinfection?". Lancet Infect Dis3 (5): 282 Extra |pages= or |at= (bantuan). doi:10.1016/S1473-3099(03)00607-8. PMID 12726976.Cite uses deprecated parameter |author-separator= (bantuan)
^Wang, JY; Lee, LN, Lai, HC, Hsu, HL, Liaw, YS, Hsueh, PR, Yang, PC (15 July 2007). "Prediction of the tuberculosis reinfection proportion from the local incidence". The Journal of infectious diseases196 (2): 2818. doi:10.1086/518898. PMID 17570116.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^World Health Organization (2009). "The Stop TB Strategy, case reports, treatment outcomes and estimates of TB burden". Global tuberculosis control: epidemiology, strategy, financing. pp. 187300. ISBN 978-92-4-156380-2. Diakses tanggal 14 November 2009.
^"Fact Sheets: The Difference Between Latent TB Infection and Active TB Disease". Pusat Pengendalian Penyakit. 20 June 2011. Diakses tanggal 26 July 2011.
^abKesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama WHO2009-Epidemiology
^abc"Global Tuberculosis Control 2011" (PDF). World Health Organization. Diakses tanggal 15 April 2012.
^World Health Organization. "WHO report 2008: Global tuberculosis control". Diakses tanggal 13 April 2009.
^FitzGerald, JM; Wang, L, Elwood, RK (2000 Feb 8). "Tuberculosis: 13. Control of the disease among aboriginal people in Canada.". CMAJ : Canadian Medical Association journal = journal de l'Association medicale canadienne162 (3): 3515. PMID 10693593.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Quah, Stella R.; Carrin, Guy; Buse, Kent; Kristian Heggenhougen (2009). Health Systems Policy, Finance, and Organization. Boston: Academic Press. p. 424. ISBN 0-12-375087-3.
^Anne-Emanuelle Birn (2009). Textbook of International Health: Global Health in a Dynamic World. p. 261. ISBN 9780199885213.
^World Health Organization. "Global Tuberculosis Control Report, 2006 Annex 1 Profiles of high-burden countries" (PDF). Diakses tanggal 13 October 2006.
^Centers for Disease Control and Prevention (12 September 2006). "2005 Surveillance Slide Set". Diakses tanggal 13 October 2006.
^Rothschild BM; Martin LD; Lev G et al. (August 2001). "Mycobacterium tuberculosis complex DNA from an extinct bison dated 17,000 years before the present". Clin. Infect. Dis.33 (3): 30511. doi:10.1086/321886. PMID 11438894.Cite uses deprecated parameter |month= (bantuan)
^Pearce-Duvet J (2006). "The origin of human pathogens: evaluating the role of agriculture and domestic animals in the evolution of human disease". Biol Rev Camb Philos Soc81 (3): 36982. doi:10.1017/S1464793106007020. PMID 16672105.
^Comas, I; Gagneux, S (2009 Oct). "The past and future of tuberculosis research.". PLoS pathogens5 (10): e1000600. PMID 19855821.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Zink A, Sola C, Reischl U, Grabner W, Rastogi N, Wolf H, Nerlich A (2003). "Characterization of Mycobacterium tuberculosis Complex DNAs from Egyptian Mummies by Spoligotyping". J Clin Microbiol41 (1): 35967. doi:10.1128/JCM.41.1.359-367.2003. PMC 149558. PMID 12517873.
^The Chambers Dictionary. New Delhi: Allied Chambers India Ltd. 1998. p. 352. ISBN 978-81-86062-25-8.
^Hippocrates.Aphorisms. Accessed 7 October 2006.
^Konomi N, Lebwohl E, Mowbray K, Tattersall I, Zhang D (2002). "Detection of Mycobacterial DNA in Andean Mummies". J Clin Microbiol40 (12): 473840. doi:10.1128/JCM.40.12.4738-4740.2002. PMC 154635. PMID 12454182.
^Sledzik, Paul S.; Nicholas Bellantoni (June 1994). "Bioarcheological and biocultural evidence for the New England vampire folk belief" (PDF). American Journal of Physical Anthropology94 (2): 269274. doi:10.1002/ajpa.1330940210. ISSN 0002-9483. PMID 8085617.Cite uses deprecated parameter |month= (bantuan)
^Zur Pathogenie der Impetigines. Auszug aus einer brieflichen Mitteilung an den Herausgeber. [Müllers] Archiv für Anatomie, Physiologie und wissenschaftliche Medicin. 1839, page 82.
^Kentucky: Mammoth Cave long on history. CNN. 27 February 2004. Accessed 8 October 2006.
^abcMcCarthy OR (August 2001). "The key to the sanatoria". J R Soc Med94 (8): 4137. PMC 1281640. PMID 11461990.Cite uses deprecated parameter |month= (bantuan)
^Nobel Foundation. The Nobel Prize in Physiology or Medicine 1905. Accessed 7 October 2006.
^Waddington K (January 2004). "To stamp out "So Terrible a Malady": bovine tuberculosis and tuberculin testing in Britain, 18901939". Med Hist48 (1): 2948. PMC 546294. PMID 14968644.Cite uses deprecated parameter |month= (bantuan)
^Bonah C (2005). "The 'experimental stable' of the BCG vaccine: safety, efficacy, proof, and standards, 19211933". Stud Hist Philos Biol Biomed Sci36 (4): 696721. doi:10.1016/j.shpsc.2005.09.003. PMID 16337557.
^Bloom, editor, Barry R. (1994). Tuberculosis : pathogenesis, protection, and control. Washington, D.C.: ASM Press. ISBN 978-1-55581-072-6.
^Persson, Sheryl (2010). Smallpox, Syphilis and Salvation: Medical Breakthroughs That Changed the World. ReadHowYouWant.com. p. 141. ISBN 978-1-4587-6712-7.
^editor, Caroline Hannaway, (2008). Biomedicine in the twentieth century: practices, policies, and politics. Amsterdam: IOS Press. p. 233. ISBN 978-1-58603-832-8.
^Shields, Thomas (2009). General thoracic surgery (7th ed. ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins. p. 792. ISBN 978-0-7817-7982-1.CS1 maint: Extra text (link)
^Lalloo UG, Naidoo R, Ambaram A (May 2006). "Recent advances in the medical and surgical treatment of multi-drug resistant tuberculosis". Curr Opin Pulm Med12 (3): 17985. doi:10.1097/01.mcp.0000219266.27439.52. PMID 16582672.Cite uses deprecated parameter |month= (bantuan)
^"Frequently asked questions about TB and HIV". World Health Organization. Diakses tanggal 15 April 2012.
^Lawn, SD; Nicol, MP (2011 Sep). "Xpert® MTB/RIF assay: development, evaluation and implementation of a new rapid molecular diagnostic for tuberculosis and rifampicin resistance.". Future microbiology6 (9): 106782. PMID 21958145.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^"WHO says Cepheid rapid test will transform TB care". Reuters. 8 December 2010.
^Lienhardt, C; Espinal, M, Pai, M, Maher, D, Raviglione, MC (2011 Nov). "What research is needed to stop TB? Introducing the TB Research Movement.". PLoS medicine8 (11): e1001135. doi:10.1371/journal.pmed.1001135. PMC 3226454. PMID 22140369.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Anurag Bhargava, Lancelot Pinto, Madhukar Pai (2011). "Mismanagement of tuberculosis in India: Causes, consequences, and the way forward". Hypothesis9 (1): e7.
^Amdekar, Y (2009 Jul). "Changes in the management of tuberculosis.". Indian journal of pediatrics76 (7): 73942. PMID 19693453.
^abcMartín Montañés, C; Gicquel, B (2011 Mar). "New tuberculosis vaccines.". Enfermedades infecciosas y microbiologia clinica. 29 Suppl 1: 5762. doi:10.1016/S0213-005X(11)70019-2. PMID 21420568.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Ibanga H, Brookes R, Hill P, Owiafe P, Fletcher H, Lienhardt C, Hill A, Adegbola R, McShane H (2006). "Early clinical trials with a new tuberculosis vaccine, MVA85A, in tuberculosis-endemic countries: issues in study design". Lancet Infect Dis6 (8): 5228. doi:10.1016/S1473-3099(06)70552-7. PMID 16870530.
^Kaufmann SH (2010). "Future vaccination strategies against tuberculosis: Thinking outside the box". Immunity33 (4): 56777. doi:10.1016/j.immuni.2010.09.015. PMID 21029966.
^Webber D, Kremer M (2001). "Stimulating Industrial R&D for Neglected Infectious Diseases: Economic Perspectives" (PDF). Bulletin of the World Health Organization79 (8): 693801.
^Barder O, Kremer M, Williams H (2006). "Advance Market Commitments: A Policy to Stimulate Investment in Vaccines for Neglected Diseases". The Economists' Voice3 (3). doi:10.2202/1553-3832.1144.
^Economic, Department of; Affairs, Social (2009). Achieving the global public health agenda : dialogues at the Economic and Social Council. New York: United Nations. p. 103. ISBN 978-92-1-104596-3.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Jong, [edited by] Jane N. Zuckerman, Elaine C. (2010). Travelers' vaccines (2nd ed. ed.). Shelton, CT: People's Medical Pub. House. p. 319. ISBN 978-1-60795-045-5.CS1 maint: Extra text (link)
^Bill and Melinda Gates Foundation Announcement (2004-02-12). "Gates Foundation Commits $82.9 Million to Develop New Tuberculosis Vaccines".
^Nightingale, Katherine (2007-09-19). "Gates foundation gives US$280 million to fight TB".
^Shivaprasad, HL; Palmieri, C (2012 Jan). "Pathology of mycobacteriosis in birds.". The veterinary clinics of North America. Exotic animal practice15 (1): 4155, vvi. PMID 22244112.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Reavill, DR; Schmidt, RE (2012 Jan). "Mycobacterial lesions in fish, amphibians, reptiles, rodents, lagomorphs, and ferrets with reference to animal models.". The veterinary clinics of North America. Exotic animal practice15 (1): 2540, v. PMID 22244111.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Mitchell, MA (2012 Jan). "Mycobacterial infections in reptiles.". The veterinary clinics of North America. Exotic animal practice15 (1): 10111, vii. PMID 22244116.
^Wobeser, Gary A. (2006). Essentials of disease in wild animals (1st ed. ed.). Ames, Iowa [u.a.]: Blackwell Publ. p. 170. ISBN 978-0-8138-0589-4.CS1 maint: Extra text (link)
^Ryan, TJ; Livingstone, PG, Ramsey, DS, de Lisle, GW, Nugent, G, Collins, DM, Buddle, BM (2006 Feb 25). "Advances in understanding disease epidemiology and implications for control and eradication of tuberculosis in livestock: the experience from New Zealand.". Veterinary microbiology112 (2-4): 2119. PMID 16330161.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^White, PC; Böhm, M, Marion, G, Hutchings, MR (2008 Sep). "Control of bovine tuberculosis in British livestock: there is no 'silver bullet'.". Trends in microbiology16 (9): 4207. PMID 18706814.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
^Ward, AI; Judge, J, Delahay, RJ (2010 Jan 1). "Farm husbandry and badger behaviour: opportunities to manage badger to cattle transmission of Mycobacterium bovis?". Preventive veterinary medicine93 (1): 210. PMID 19846226.Cite uses deprecated parameter |coauthors= (bantuan)
Kategori:
Artikel dengan pranala kontributor
Tuberkulosis
Kategori tersembunyi:
Pages with reference errors
Pages containing cite templates with deprecated parameters
CS1 maint: Extra text
Pages with citations using conflicting page specifications