1.1 Latar Belakang Masalah
Salahsatu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium tuberculosis (TB),sebagian besar TB umumnya menyerang paru-paru namun juga dapat menyerang organlainnya. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenaldengan Basil Tahan Asam (BTA). Penyakit ini dapat menyerang pada semua orang,baik anak-anak maunpun orang dewasa. Penyakit ini sangat mudah ditularkan padaorang lain, bakteri Microbacterium tuberculosismasuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan kedalam paru, kemudianbakteri tersebut dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lain melaluiperedaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas (bronkus) atau menyeranglangsung ke bagian tubuh lainnya.
TBParu merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semuapenderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan satu-satunya bentukdari TB yang dapat menular. TB merupakan salah satu masalah kesehatan pentingdi Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara denganjumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasienTB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien TB dunia.
DiIndonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengankematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif.Laporan WHO tentang angka kejadian TBC evaluasi selama 3 tahun dari 2008, 2009,2010 menunjukkan bahwa kejadian TBC Indonesia mencapai 189 per 100.000penduduk. Secara global, angka kejadian kasus kejadian TBC 128 per 100.000penduduk. Data ini menunjukkan bahwa kasus TBC berada di sekitar kita.
Daya penularan dari seorangpenderita TB ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam parupenderita. Persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara serta yangdikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada diudara disekitar penderitaTB. Untuk membatasi terjadinya penyakit TB paru pemerintah mengupayakanstrategi untuk menanggulanginya seperti dengan mencanangkan program DOTS (Directly ObservedTreatment Short-course) yang mana fokus utamadari program ini adalah penemuan dan penyembuhan pasien, dengan prioritasdiberikan kepada pasien TB tipe menular.
Oleh karena itu, demitercapainya program tersebut perlu adanya upaya untuk menambahkan pengetahuanpada masyarakat mengenai pemahaman anatomi sistem respirasi yang terkait eratdengan penyakit TB paru, pengertian tentang, etiologi, manifestasi klinis,patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan(medis, keperawatan, diet) serta asuhan keperawatan bagi penderita TB paru.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalahsebagai berikut:
a. Tujuan Khusus
Mahasiswamampu memberikan asuhan keperawatan dengan tanggap dan benar bagi penderitaTuberkulosis Paru
1) Mahasiswa mampu memahami anatomi sistempernapasan
2) Mahasiswa mampu memahami definisi dari Tuberkulosis(TB) Paru
3) Mahasiswa mampu memahami etiologi danfaktor risisko TB paru
4) Mahasiswa mampu memahami manifestasiklinis dari TB Paru
5) Mahasiswa mampu memahami patofisiologidari TB Paru
6) Mahasiswa mampu memahami pathway dari TBParu
7) Mahasiswa mampu memahami komplikasi yangkemungkinan terjadi pada penderita TB Paru
8) Mahasiswa mampu memahami pemeriksaandiagnostik TB Paru
9) Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaanmedis, keperawatan dan diet TB Paru
10) Mahasiswa mampu melakukan pengkajianbagi penderita TB Paru
11) Mahasiswa mampu memberikan asuhankeperawatan bagi penderita TB Paru dengan tepat
1.3 Sistematika Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, penyusunmembagi atas beberapa bab dan tiap bab dan tiap-tiap bagiannya menjadi beberapabagian. Adapun isi dari tiap-tiap bagian tersebut adalah:
1. Bagian formalitas, terdiri dari halaman judul, kata pengantar,daftar isi
2. Bagian isi terdiri dari:
BAB I Pendahuluan, meliputi: latarbelakang masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian pustaka, meliputi:anatomi sistem pernapasan, definisi, etiologi, manifestasi klinis,patofisiologi, pathway, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan
BAB III Pembahasan, meliputi: pengkajian,diagnosa keperawatan, rencana intervensi dan rasional tindakan
BAB IV Penutup, meliputi:simpulan.
2.1Anatomi Sistem Pernapasan
Anatomisaluran pernapasan dapat dibedakan menjadi dua yaitu saluran pernapasan bagianatas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Saluranpernapasan bagian atas terdiri dari:
1. Lubang hidung (cavum nasalis)
Hidungdibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago) serta jaringanikat. Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubangkiri dan kanan oleh sekat (septum). Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae)yang berfungsi sebagai penyaring (filter) terhadap benda asing yang masuk. Padapermukaan (mukosa) hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet. Sel ini mengeluarkan lendirsehingga dapat menangkap benda asing yang masuk pada saluran pernapasan.
Didalam lubang hidung terdapat reseptor yang dapat membuat kita dapat membau yangdi kendalikan oleh nervous olfaktorius.
Hidungberfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur kelembaban udara,pelindung dan penyaring udara, indra penciuman dan resonator suara.
2. Sinus paranasalis
Sinusparanasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Dinamakan sesuaidengan tulang tempat dia berada yaitu:
a. Sinus frontalis
b. Sinus spenoidalis
c. Sinus maxilaris
d. Sinus lakrimalis
a. Membantu menghangatkan dan melembabkanudara (humidifikasi)
b. Meringankan berat tulang tengkorak
c. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruangresonansi
Faringmerupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula dari dasartengkorak sampai persambungannya dengan esophagus. faring digunakan pada saatdigestion (menelan) seperti pada saat bernapas.
Faringdibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Nasofaring
Nasofaringterdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilis dan tonsil(adenoid), seta merupakan muara tube eustachhius. Aadenoid atau faringealtonsil berada di langit-langit nasofaring.
Orofaringberfungsi untuk menampung udara dari nasofaring dan makanan dari mulut. Padabagian ini terdapat tonsili palatina (posterior) dan tonsili lingualis (dasarlidah).
c. Laringofaring
Merupakanbagian terbawah faring yang berhubungan dengan esophagus dan pita suara (vocalcord) yang berada dalam trachea. Laringofaring berfungsi pada saat menelan danrespirasi. Laringofaring terletak dibagian depan pada laring, sedangkan tracheaterdapat di belakang.
Laringsering disebut dengan voice box dibentukoleh struktur epitelium lined yangberhubungan dengan faring (di atas) dan trakkhea (di bawah). Laring terletak dianterior tulang belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esophagusberada di posterior laring.
Fungsiutama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawahdari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk.
a. Epiglottis:katup kartilago yang menutup dan membuka selama menelan
b. Glottis:lubang antara pita suara dan laring
c. Kartilago thyroid: kartilagoyang terbesar pada trakea, terdapat bagian yang membentuk jakun (adams apple)
d. Kartilagokrikoid: cincin kartilago yang utuh di laring (terletak di bawah kartilagothyroid)
e. Kartilagoaritenoid: digunakan pada pergerakan pita suara bersama dengan kartilagothyroid
f. Pitasuara: sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot yang menghasilkansuara dan menempel pada lumen laring.
Sedangkansaluran pernapasan bagian bawah adalah sebagai berikut:
Trakheamerupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang vertebrae torakalke-7 yang bercabang menjadi dua bronchus. Ujung cabang trakhea disebut carina.Trakhea bersifat sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang ± 12 cm dengancincin kartilago berbentuk C. Pada cincin tersebut terdapat epitel bersilistegak yang banyak mengandung sel goblet yang mensekresikan lendir (mucus).
2. Bronkhus dan Bronkhiolus
Cabangbronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan cenderung lebih vertical daripadayang kiri. Hal tersebut menyebabkan benda asing lebih mudah masuk ke dalamcabang sebelah kanan daripada cabang bronkhus sebelah kiri.
Segmendan subsegmen bronkhus bercabang lagi dan berbentuk seperti ranting masuk kesetiap paru-paru. Bronkhus di susun oleh jaringan kartilago sedangkan bronkhiolus,yang berakhir di alveoli, tidak mengandung kartilago.
Tidakadanya kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap udara, namun jugadapat mengalami kolaps. Agar tidak kolaps, alveoli dilengkapi dengan porus ataulubang kecil yang terletak antar alveoli kohn pores yang berfungsi untukmencegah kolaps alveoli.
Saluranpernapasan mulai dari trakhea sampai bronkhus terminalis tidak mengalamipertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan Anatomical Dead Space. Banyaknya udara yang berada dalam area tersebutadalah sebesar 150 mL. Awal dari proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolusrespiratorius.
Alveolimerupakan kantung udara yang berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir daribronkhiolus respiratorius sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran oksigendan karbondioksida. Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukaran oksigendan karbondioksida di antara kapiler pulmoner dan alveoli.
Paru-paruterletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulangiga pertama dan dasrnya berada pada diafragma. Paru-paru kanan mempunyai tigalobus (superior, medial, inferior) sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus(superior dan inferior). Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yangdisebut mediastinum (Irman somantri, 2008).
Paru-paru manusia terbungkus olehdua selaput, yaitu pleura dalam (pleura visceralis) dan pleura luar (pleuraparietalis). Pleura dalam langsung menyelimuti paru-paru, sedangkan pleura luarbersebelahan dengan tulang rusuk. Antara kedua pleura tersebut terdapat ronggatulang rusuk. Antara kedua pleura tersebut terdapat rongga yang berisi cairanpleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru
Tuberculosisparu-paru (TB Paru) merupakan penyakit infeksi kronis atau menahun yang menyerang parenkim paru-paru yangdisebabkan oleh Mycobacteriumtuberculosis. Penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain sepertimeningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Irman somantri, 2008).
2.3Etiologi dan Faktor Risiko
Mycobacteriumtuberculosis merupakan jenis kuman berbentukbatang berukuran panjang 1- 4 mm dengan tebal 0,3 0,6 mm. sebagian besarkomponen M. tuberculosis adalahberupa lemak (lipid) sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangattahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerobyakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. tuberculosis senang tinggal di daerahapeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempatyang kondusif untuk penyakit tuberkulosis (Irman somantri, 2008).
2. Faktor Risiko
Merekayang paling berisiko terpajan dengan basil adalah mereka yang tinggalberdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif. Kelompok ini antara laintunawisma yang tinggal di tempat penampungan yang terdapat kasus tuberculosis,serta anggota keluarga paisen. Anak-anak merupakan kelompok yang sangat rentan.Imigran ke Amerika Serikat yang berasal dari Negara berkembang sering mengidapinfeksi aktif atau laten.
Tenaga kesehatan yang merawatpasien tuberculosis, dan mereka yang menggunakan fasilitas klinik perawatanatau rumah sakit yang juga digunakan oleh penderita tuberculosis juga berisikoterpajan dan terjangkit penyakit TB. Di antara merekayang terpajan basil, individu yang sistem imunnya tidak adekuat, seperti merekayang kekurangan gizi, individu lanjut usia atau bayi dan anak-anak, individuyang mendapat obat imunosupresan, dan mereka yang mengidap virusimunodiferensiasi manusia (HIV) kemungkinan besar akan terinfeksi. Virulensigalur kuman juga mempengaruhi penularan, jenis galur tertentu teridentifikasisanagt virulen. Pengendalian TB terhambat oleh munculnya resisten multi-obatdan efek sinergis pada HIV/AIDS (Elizabeth J. Corwin, 2009).
Padabanyak individu yang terinfeksi tuberculosis adalah asimptomatis. Pada individulainnya, gejala berkembang secara bertahap sehingga gejala tersebut tidakdikenali sampai penyakit telah masuk sampai tahap lanjut. Bagaimanapun, gejaladapat timbul pada individu yang mengalami imunosupresif dalam beberapa minggusampai terpajan oleh basil.
Manifestasiklinis yang umum termasuk keletihan, penurunan berat badan, letargi, anoreksia(kehilangan nafsu makan), dan demam ringan yang biasanya terjadi pada sianghari. Berkeringat malam dan ansietas umum sering tampak. Dispnea, batuk purulenproduktif disertai nyeri dada, dan hemoptsis adalah juga temuan yang umum(Niluh dan Cristiantie, 2003).
Infeksi primer. Pertamakali klien terinfeksi oleh tuberculosis disebut sebagai infeksi primer danbiasanya terdapat pada apeks paru atau dekat pleura lobus bawah. Infeksi primermungkin hanya berukuran mikroscopis, dan karenanya tidak tampak pada foto ronsen.Tempat infeksi primer dapat mengalami proses degenerasi nekrotik (perkejuan)tetapi bisa saja tidak, yang menyebabkan pembentukan rongga yang terisi olehmasa basil tuberkel seperti keju, sel-sel darah putih yang mati, dan jaringanparu nekrotik. Pada waktunya, material ini mencair dan dapat mengalir ke dalampercabangan trakheobronkhial dan dibatukkan. Rongga yang terisi udara tetap adadan mungkin terdeteksi ketika dilakukan ronsen dada.
Sebagianbesar tuberkel primer menyembuh dalam periode bulanan dengan membentuk jaringanparut, dan pada akhirnya terbentuk lesi pengapuran yang juga dikenal sebagaituberkel ghon. Lesi ini dapatmengandung basil hidup yang dapat aktif kembali meski telah bertahun-tahun, danmenyebabkan infeksi sekunder.
InfeksiTB primer menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi terhadap basil tuberkel danproteinnya. Respon imun seluler ini tampak dalam bentuk sensitisasi sel-sel Tdan terdeteksi oleh reaksi positif pada tes kulit tuberkulin. Perkembangansensitivitas tuberkulin ini terjadi pada semua sel-sel tubuh 2-6 minggu setelahinfeksi primer. Dan akan dipertahankan selama basil hidup berada dalam tubuh. Imunitasdidapat ini biasanya menghambat pertumbuhan basil lebih lanjut dan terjadinyainfeksi aktif.
Faktoryang tampaknya mempunyai peran dalam perkembangan TB menjadi penyakit aktiftermasuk:
a. usia lanjut
b. imunosupresi
c. infeksi HIV
e. alkoholisme dan penyalahgunaan obat
f. adanya keadaan penyakit lain
g. predispose genetic
Infeksisekunder. Selain penyakit primer yang progresif, infeksi ulang juga mengarahpada bentuk klinis TB aktif. Tempat primer infeksi yang mengandung basil TBdapat tetap laten selama bertahun-tahun dan kemudian teraktifkan kembali jikadaya tahan klien menurun. Penting artinya untuk mengkaji kembali secaraperiodik klien yang telah mengalami infeksi TB untuk mengetahui adanya penyakitaktif (Niluh dan Christie, 2003).
2.6 Pathway
Reaktivasiparut tuberculosis lama dapat terjadi bila seseorang pasien mengalami gangguanimun. Kemoprofilaksis dengan isoniazid sering diberikan sebelum pengobatanimunosupresif (kemoterapi, transplantasi organ). Bronkiektaksis dan kavitasparu dengan infeksi jamur sekunder (misetoma), lesi nervus kranialis, danobstruksi saluran ginjal dapat terjadi akibat pembentukan parut yang disertaipenyembuhan setelah TB.
Pengobatanyang tidak adekuat atau tidak patuh menyebabkan munculnya strainmikrobakterimultiresisten yang dapat sulit dieradiksi. Supervisi kompulsif dan isolasi pasien tersebut mungkindiperlukan (Jeremy dan Richard, 2007).
2.8Pemeriksaan Diagnostik
Deteksidan diagnosis TB dicapai dengan tes objektif dan temuan pengkajian subjektif.Perawat dan tenaga kesehatan lainnya harus terus mempertahankan indekskecurigaan yang tinggi terhadap TB bagi kelompok yang berisiko tinggi. InfeksiTB primer primer sering tidak dikenali karena biasanya infeksi iniasimptomatis.
Lesipengapuran dan tes kulit positif sering kali merupakan satu-satunya indikasiinfeksi TB primer telah terjadi. Pemeriksaan diagnostik berikut biasanyadilakukan untuk menegakkan infeksi TB:
a. Kultur sputum: positif untuk M. Tuberculosis pada tahap aktifpenyakit
b. Ziehl-Neeslen (pewarnaan tahan asam):positif untuk basil tahan asam
c. Tes kulit mantoux(PPD, OT): reaksi yangsignifikan pada individu yang sehat. Biasanya menunjukan TB dorman atau infeksiyang disebabkan mikrobakterium yang berbeda,
d. Ronsen dada: menunjukkan infiltrasikecil lesi dini pada bidang atas paru, deposit kalsium dari lesi primer yangtelah menyembuh, atau cairan dari suatu efusi. Perubahan yang menandakan TBlebih lanjut kavitasi, area fibrosa.
e. Biopsi jarum jaringan paru: positifuntuk granuloma TB. Adanya sel-sel raksasa menunjukkan nekrosis.
f. ADG: mungkin abnormal bergantung padaletak, keparahan dan lerusakan paru residual.
g. Pemeriksaan fungsi pulmonal: penurunankapasitas vital, peningkatan ruang rugi, peningkatan rasio udara residual terhadapkapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder akibat infiltrasiatau fibrosis parenkim (Niluh dan Cristiantie, 2003).
Kebanyakanindividu dengan TB aktif yang baru didiagnosa tidak di rawat di rumah sakit.Jika TB paru terdiagnosa pada individu yang sedang di rawat, klien mungkin akantetap di rawat sampai kadar obat terapeutik telah ditetapkan. Beberapa kliendengan TB aktif mungkin di rawat di rumah sakit karena alasan:
1) Merekasakit akut
2) Situasikehidupan mereka dianggap berisiko tinggi
3) Merekadiduga tidak patuh terhadap program pengobatan
4) Terdapatriwayat TB sebelumnya dan penyakit aktif kembali
5) Terdapatpenyakit lain yang bersamaan dan bersifat akut
6) Tidakterjadi perbaikan sesudah terapi, dan
7) Merekaresisten terhadap pengobatan yang biasa, membutuhkan
obatgaris ke-2 dan ke-3. Dalam situasi seperti ini, perawat singkat di rumah sakitdiperlukan untuk memantau keefektifan terapi dan efek samping obat-obat yangdiberikan.
Kliendengan diagnosa TB aktif biasanya mulai diberikan tiga jenis medikasi ataulebih untuk memastikan bahwa organisme yang resisten telah disingkirkan. Dosisdari beberapa obat mungkin cukup besar karena basil sulit untuk dibunuh.Pengobatan berlanjut cukup lama untuk menyingkirkan atau mengurangi secarasubstansial jumlah basil dorman atau semidorman. Terapi jangka panjang yang takterputus merupakan kunci sukses dalam pengobatan TB.
Medikasiyang digunakan untuk TB mungkin dibagi menjadi preparat primer dan preparatbaris kedua. Preparat primer hampir selalu diresepkan pertama kali sampailaporan hasil kultur dan labolatorium memberikan data yang pasti. Klien denganriwayat TB yang tidak selesai mungkin mempunyai organisme yang menjadi resistendan preparat sekunder harus digunakan.
Lamanyapengobatan beragam, beberapa program mempunyai pendekatan dua fase:
1) Fase intensif yang menggunakan dua atautiga jenis obat, ditujukan untuk menghancurkan sejumlah besar organisme yangberkembang baik dengan cepat, dan
2) Fase rumatan, biasanya dengan dua obat,diarahkan pada pemusnahan sebagian besar basil yang masih tersisa.
Programpengobatan dasar yang direkomendasikan bagi klien yang sebelumnya belum diobatiadalah dosis harian isoniazid, rifampin, dan pirazinamid selama 2 bulan.Pengobatan ini diikuti dengan isoniazid dan rifampin selama 4 bulan. Kultursputum digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan terapi. Jika kepatuhanterhadap pendosisan harian menjadi masalah, maka diperlukan protokol TB yangmemberikan medikasi dua atau tiga kali seminggu. Program ini biasanya diberikandi klinik untuk memastikan klien menerima obat yang di haruskan.
Jikamedikasi yang digunakan tampak tidak efektif (misalnya: memburuknya gejala,peningkatan infiltrat, atau pembentukan kavitas), program harus dievakuasikembali, dan kepatuhan klien harus dikaji. Setidaknya dua medikasi (tidakpernah hanya satu) ditambahkan pada program terapi TB yang gagal.
Medikasiyang digunakan untuk mengobati TB mempunyai efek samping serius, bergantungpada obat spesifik yang diresepkan. Toleransi obat, efek obat, dan toksisitasobat bergantung pada faktor-faktor seperti usia, dosis obat, waktu sejak obatterakhir yang digunakan, formula kimia dari obat, fungsi ginjal dan usus, dankepatuhan klien. Klien penderita TB yang tidak membaik atau yang tidak mampumenoleransi medikasi mungkin membutuhkan pengkajian dan pengobatan padafasilitas medis yang mengkhususkan dalam pengobatan TB paru berkomplikasi.
b.Penatalaksanaan Keperawatan
Tentukanapakah pasien pernah terpajan pada individu dengan TB atau tidak. Sering kalisumber dari infeksi tidak diketahui dan mungkin tidak pernah ditemukan. Padasaat yang sama, kontak erat pasien harus diidentifikasi sehingga mereka dapatmenjalani follow-up untuk menentukan apakah mereka terinfeksi dan mempunyaipenyakit aktif atau tes tuberculin positif. Keluhan pasien yang paling umumadalah batuk produktif dan berkeringat malam hari.
Datayang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan TB mencakup batu produktif,kenaikan suhu tubuh siang hari, reaksi tuberkulin dengan indurasi 10 mm ataulebih dan rotgen dada yang menunjukkan infiltrat pulmonal (Niluh dan Christie,2003).
Terapidiet bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki dan mencegahkerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi agarpenderita dapat melakukan aktivitas normal.
Terapidiet untuk penderita kasus Tuberculosis paru adalah:
1) Energi diberikan sesuai dengan keadaanpenderita untuk mencapai berat badan normal
2) Protein yang tinggi untuk mengganti sel-selyang rusak meningkatkan kadar albumin serum yang rendah (75-100 gram)
3) Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhanenergy total
4) Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhanenergy total
5) Vitamin dan mineral cukup sesuaikebutuhan total
Macam diet untukpenyakit TBC:
1) Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I(TETP I)
Energy:2600 kkal, protein 100 gram (2/kg BB)
2) Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II(TETP II)
Energy:3000 kkal, protein 125 gram (2,5 gr/kg BB)
Perhitungankebutuhan energi dan zat gizi makro dapat disesuaikan dengan kondisi tubuhpenderita (BB dan TB) dan penderita dapat diberikan salah satu dari dua macamdiet tinggi energi tinggi protein (TETP) sesuai tingkat penyakit penderita(Denny Indra, 2010).
Dapatdilihat di bawah ini bahan makanan yang dianjurkan dan tidak diancurkan padapenderita TB paru:
| | |
| Nasi, roti macaroni dan hasil olahan tepung seperti cake, pudding. | |
| Daging sapi, ayam, telur, ikan, susu dan hasil olahan sepeti yogurt dan keju | Dimasak dengan banyak minyak kelapa atau santan kental |
| Semua jenis kacang-kacang dan hasil olahannya seperti temped an keju | Dimasak hanya dengan minyak kelapa |
| Semua jenis sayuran seperti: bayam, buncis, daun singkong | |
| Semua jenis segar, seperti: papaya, semangka, melon | |
| Soft drink, madu, sirup, teh dan kopi encer | |
| Minyak goreng, mentega, margarine, santan encer, salat | |
| Bumbu tidak tajam seperti bawang merah, bawang putih, laos | Bumbu yang tajam seperti cabe dan lada |
penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia mulaidari usia anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antaralaki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasienyang tinggal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahayakedalam rumah sangat minim
tuberkulosis pada nak dapat terjadi di usia berapapun ,namun usia paling umum antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TBluar paru-paru (extrapulmonary) dibanding Tb paru-paru dengan perbandingan 3:1.Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat yang terutama yang ditemukan padausia <3 tahun . angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja di mana TB paru-parumenyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas padaparu-paru).
b. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain :
2) Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini terjadi untukmembuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai pada batuk yang keringsampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana ilfritasi radang sampai setengahparu-paru.
4) Nyerri dada : jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila ilfritasi radangsampai pleura sehingga menimbulkan pleuritis .
5) Malaise : ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berta badanmenurun, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat malam.
6) Sianosis, sesak nafas, dan kolaps : merupakan gejala analektesis. Bagiandada pasien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung terdorong ke sisiyang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit tampak banyangan hitam dandiafragma menonjol ke atas
7) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit inimuncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakitinfeksi menular
c. Pemeriksaan fisik
1) Pada tahap ini sulit diketahui
2) Ronki basah, kasar, dan nayring
3) Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasimemberikan suara umforik.
4) Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal, dan fibrosis.
5) Bila mengenai pleura terjadi effusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
d. Pemeriksaan tambahan
1) Spultum culture : untuk memastikan apakah keberadaan M. Tubercullosis padastadium aktif.
2) Ziehl neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid) posisiuntuk BTA
3) Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch) : reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72jam setelah injeksi antigen intradenal) mengindikasikan infeksi lama dan adanyaantibodi, tetapi tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif.
4) Chest X-ray : dapat mengindikasikan ilfiltrasi kecil pada lesi awaldibagian atas paru-paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik ataucairan pleura. Perubahan yang emngindikasikan TB yang lebih berta dapatmencakup area berlubang dan fibrosa.
5) Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan CSF,serta biopsi kulit) : positif untuk M. Tuberkulosis.
6) Needle biopsi of lung tissue : positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar yang mengindikasikan nekrosis.
7) Elektrolit : mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi ;misalnya hiponatremia megakibatkan retensi air, dapat ditemukan pada Tbparu-paru kronis lanjut.
8) ABGs : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa kerusakan paru-paru
9) Bronkografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkhusatau kerusakan parau-paru karena TB.
10) Darah : lekositosis, LED menigkat
11) Tes fungsi paru-paru : VC menurun, dead space menigkat,TLC menigkat, dan menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala sekunder darifibrosis/infiltrasi perenkim paru-paru dan penyakit pleura.
3) Pemberian obat-obatan:
a) OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
b) Bronkodilator
d) OBH (Obat Batuk Hitam)
4) Fisioterpai dan rehabilitasi
5) Konsultasi secara teratur
Diagnosakeperawatan ditentukan dari dari hasil analisis data klien. Diagnosakeperawatan untuk klien TB mencakup (tetapi tidak terbatas) diagnosa berikut:
a. Risiko bersihan jalan napas tidakefektif
b. Risiko ketidak seimbangan nutrisi
c. Risiko penyebaran infeksi
d. Gangguan pertukaran gas
3.3 Rencana Keperawatan dan Rasional Tindakan
Rencanaasuhan keperawatan pada pasien dengan tuberculosis paru adalah sebagai berikutdengan diagnosis keperawatan :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif yangberhubungan dengan:
1) sekret kental atau mengandung darah
3) kemampuan batuk kurang
4) edema trakea atau faring
Menjadikan jalan napasmenjadi bersih dan efektif
a) mengkaji fungsi respirasi antara lain:suara, jumlah, irama, dan kedalaman napas serta catatan pula mengenaipenggunaan atot napas tambahan.
adanyaperubahan fungsi respirasi dan penggunaan otot tambahan menandakanan kondisipenyakit yang masih dalam kondisi penanganan penuh.
b) Mencatat kemampuan untuk mengeluarkansekret atau batuk secara efektif
Ketidakmampuanmengeluarkan sekret menjadikan timbulnya penumpukan berlebihan pada saluranpernapasan
c) Mengatur posisi tubuh semi atau high fowler.Membantu pasien untuk berlatih batuk secara efektif dan menarik napas dalam
Posisisemi atau high fowler memberikan kesempatan paru-paru berkembang secaramaksimal akibat diafragma turun ke bawah. Batuk efektif mempermudahekspektorasi mukus.
d) Membersihkan sekret dari dalam mulut dantrakea, suction jika memungkinkan
Pasiendalam kondisi sesak cenderung untuk bernapas melalui mulut yang jika tidakditindaklanjuti akan mengakibatkan stomatis
e) Memberikan minum kurang lebih 2.500 ml/hari,menganjurkan untuk minum dalam kondisi hangat jika tidak ada kontra indikasi
Airdigunakan untuk menggantikan keseimbangan cairan tubuh akibat cairan banyakkeluar melalui pernapasan. Air hangat akan mempermudah pengenceran sekretmelalui proses konduksi yang mengakibatkan arteri pada area sekitar lehervasodilatasi dan mempermudah cairan dalam pembuluh darah dapat diikat olehmukus atau sekret.
a) Meberikan O2 udara inspirasiyang lembab
Berfungsimeningkatkan kadar tekanan parsial O2 dan saturasi O2dalam darah
b) Memberikan pengobatan atas indikasi:agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid
Berfungsiuntuk mengencerkan dahak
c) Memberikan agen antiinfeksi, misal: obatprimer, pyrazinamide (PZA), monitor pemeriksaan labolatorium (sputum)
Mempertebaldinding saluran pernapasan (bronkus), menurunkan keaktifan dari mikroorganismeakan menurunkan respon inflamasi sehingga akan berefek pada berkurangnyaproduksi sekret.
b. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang darikebutuhan tubuh yang berhubungan dengan:
1) perasaan mual
2) batuk produktif
Keseimbangannutrisi akan terjaga.
a) mendokumentasikan status nutrisi pasien,serta mencatat turgor kulit, berat badan saat ini, tingkat kehilangan beratbadan, integritas mukosa mulut, tonus perut dan riwayat nausea/vomit ataudiare. Memonitor intake-output dan berat badan secara terjadwal.
menjadidata fokus untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya
b) memberikan oral care sebelum dan sesudahpenatalksanaan respiratori.
meningkatkankenyamanan daerah mulut sehingga akan meningkatkan perasaan nafsu makan
c) menganjurkan makan sedikit, tapi sering.
meningkatkanintake makanan dan nutrisi pasien, terutama kadar protein tinggi yang dapatmeningkatkan mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan
d) menganjurkan keluarga untuk membawamakanan dari rumah terutama yang disukai oleh pasien dan kemudian makan bersamapasien jika tidak ada ko traindikasi.
merangsangpasien untuk bersedia meningkatkan intake makanan yang berfungsi sebagai sumberenergi bagi penyembuhan.
a) Mengajukan pada ahli gizi untukmenentukan komposisi diet
Menentukankebutuhan nutrisi yang tepat bagi pasien
b) Memonitor pemeriksaan labolatorium,misalnya: serum protein, albumin
Mengontrolkeefektifan tindakan terutama dengan kadar protein darah
c) Memberikan vitamin sesuai indikasi
Meningkatkankomposisi tubuh akan kebutuhan vitamin dan nafsu makan pasien.
c. Risiko penyebaran infeksi, yangberhubungan dengan:
1) tidak adekuatnya mekanisme pertahanandiri, menurunnya aktivitas silia atau sekret statis
2) kerusakan jaringan atau terjadi infeksilanjutan
4) paparan lingkungan
5) kurangnya pengetahuan untuk mencegahpaparan dari kuman patogen
Mencegah terjadinyapenyebaran infeksi selama perawatan
a) mengkaji patologi penyakit (faseaktif/inaktif) dan potensial penyebaran infeksi melalui airborne droplet selamabatuk, bersin, meludah, berbicara, tertawa, dll.
Untukmengetahui kondisi nyata dari masalah pasien fase inaktif tidak berarti tubuh pasien sudah terbebasdari kuman tuberkulosis
b) Mengidentifikasi risiko penularan kepadaorang lain seperti anggota keluarga dan teman dekat. Menginstruksikan padapasien jika batuk/bersin, maka ludahkan ke tissue.
Mengurangirisiko anggota keluarga untuk tertular dengan penyakit yang sama dengan pasien
c) Menganjurkan penggunaan tissue untukmembuang sputum.me-review pentingnya mengontrol infeksi, misalnya denganmenggunakan masker
Penyimpanansputum pada wadah yang terdesinfeksi dan penggunaan masker dapat meminimalkanpenyebaran infeksi melalui droplet
d) Memonitor suhu sesuai indikasi
Peningkatansuhu tubuh menandakan terjadinya infeksi sekunder.
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
1) berkurangnyakeefektifan permukaan paru
3) kerusakanmembran alveolar kapiler
4) sekret yangkental, edema bronchial.
a. Kajidispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi,keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan
Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnyajangkauan dalam paru-pani yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadiinflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengangejala-gejala respirasi distress.
b. Evaluasiperubahan-tingkatkesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warnakulit, membran mukosa, dan warna kuku.
Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organvital dan jaringan.
c. Demonstrasikan/anjurkanuntuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, terutama pada pasien denganfibrosis atau kerusakan parenkim
Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegahkolapsnya jalan napas.
d. Anjurkanuntuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan.
Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.
e. Monitor GDA
Menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnyaPaC02 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih. adekuat atau perubahanterapi.
f. Kolaborasi:Berikan oksigen sesuai indikasi.
Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunderhipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar paru.
Tuberculosisparu-paru (TB Paru) merupakan penyakit infeksi kronis atau menahun yang menyerang parenkim paru-paru yangdisebabkan oleh Mycobacteriumtuberculosis. Manifestasi klinis yang umum pada TB paru termasukkeletihan, penurunan berat badan, letargi, anoreksia (kehilangan nafsu makan),dan demam ringan yang biasanya terjadi pada siang hari. Berkeringat malam danansietas umum sering tampak. Dispnea, batuk purulen produktif disertai nyeridada, dan hemoptsis adalah juga temuan yang umum.
Berdasarkan simpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran, diantaranyaadalah :
1.Agar pembaca dapat mengenali tentang pengertianTuberculosis paru-paru (TB Paru).
2.Agar pembaca dapat mengetahui tanda Tuberculosisparu-paru (TB Paru)